Ilmu astrologi Jawa berupa weton sebagai kearifan lokal budaya Jawa menjadi kontroversi karena mulai timbul perdebatan antara kaum Islam kejawen dengan kaum Islam puritan. Akibat dari kesenjangan ini adalah tergerusnya warisan leluhur Jawa yang yang menjadi identitas bangsa dan berdampak semakin menghilang dari peradaban Jawa. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan: (1) Mengapa Pondok Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo mengajarkan konsep astrologi Jawa (weton) dalam telaah sufistik?, (2) Bagaimana konsep astrologi Jawa (weton) di Pondok Pesantren Darul Falah Ki Ageng Mbodo dalam telaah sufistik?. Permasalahan itu dibahas melalui wawancara bebas, observasi, dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis dengan pendekatan fenomenologi dan analisis deskriptif menggunakan logika filosofis.
Kajian ini menunjukkan bahawa: (1) Pondok Mbodo sebagai pesantren salaf menekankan aspek sinkretisme budaya Jawa dan Islam melalui ajaran tasawuf oleh Gus Mbodo sebagai upaya revitalisasi local wisdom dengan cara mengislamisasi weton. Lima elemen dalam weton mengambil dari unsur pembentuk bumi (air, api, angin, tanah, dan tumbuhan) sebagai simbol karakter dalam diri manusia dan ditakwil melalui ayat Al-Qur’an. (2) Astrologi Jawa (weton) di Pondok Mbodo merupakan sarana mengenali karakter diri untuk bergerak dengan metode suluk dan dirumuskan dalam konsep tasawuf weton. Tasawuf weton ini cenderung ke paham pantheisme-monisisme dan praktik tazkiya al-nafs sebagai sintesis penghayatan batin. Temuan tersebut memberikan acuan bagi pola pikir zaman sekarang dalam menjaga eksistensi weton tanpa menciderai syariat Islam dan dapat diterima logika modern.