Penelitian ini merupakan penggunaan konsep Historisitas hadis atau Tārikh al-Mutūn dalam memaknai teks hadis dalam kitab Fatḥ al-Bārī. Selama ini ilmu tārikh al-Mutūn hanya difungsikan untuk mengetahui hadis yang nāsikh dan mansūkh. Penelitian ini bersifat sangat penting mendesak untuk dikaji, mengingat ada sebagian teks hadis yang lebih tepat pemaknaannya dengan pendekatan tārikh al-mutūn. Jenis Penelitian ini berupa kualitatif deskriptif-analisis dengan pendekatan Historis. Objek sample penelitian ini fokus kepada pemikiran Syekh Ibnu Hajar al-‘Asqalanī dalam menggunakan tārikh al-Mutūn dalam kitabnya Fatḥ al-Bārī Syarḥ S}aḥīḥ al-Bukharī.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode yang digunakan Syekh Ibnu Ḥajar dalam mengaplikasikan ilmu tārikh al-Mutūn dalam kitab Fatḥ al-Bārī adalah dengan menelusuri riwayat-riwayat hadis yang ada petunjuk penanggalannya. Misalnya mencari kata qabla (sebelum), ba’da (sesudah), dan kata-kata yang menunjuk waktu seperti sanah (tahun), ‘ām (tahun), dan sejenisnya. Penggunaan tārikh al-Mutūn terhadap teks hadis terdapat implikasi makna tepat sesuai fakta sejarah. Argumentasi penggunaan ilmu ilmu tārikh al-Mutūn yang dilakukan oleh Syekh Ibnu Ḥajar dalam kitab Fatḥ al-Bāri ada lima. Pertama, untuk mendapatkan pemahaman sahih. Kedua, untuk mendapatkan istinbāṭ (penggalian hukum) yang tepat. Ketiga, untuk mengompromikan hadis-hadis yang terlihat bertentangan. Keempat, untuk menelusuri kata yang musykil. Kelima, untuk taujīh dilālat al-ḥadīṡ (mengarahkan makna hadis).

ABSTRACT:
This research uses the historical concept of hadith or Tārikh al-Mutūn in interpreting texts of hadith in the Fatḥ al-Bārī. So far, the science of tārikh al-Mutūn has only been used to find out the nāsikh and mansūkh of hadith. This research is absolutely crucial thing to study because there are some hadith texts whose meaning is more precise using the tārikh al-mutūn approach. The research type is a qualitative descriptive-analysis by a historical approach. The sample of this research focuses on the thoughts of Ibn Hajar al-‘Asqalanī in using the tārikh al-Mutūn in the Fatḥ al-Bārī Syarḥ S}aḥīḥ al-Bukharī.
The results of this study indicate that the method used by Sheikh Ibnu Ḥa jar in applying the science of tarikh al-Mutūn in the Fatḥ al-Bārī is tracing the hadith narrations which have the calendrical evidences. For example, looking for term qabla (before), ba'da (after), and terms that designate time such as sanah (year), 'ām (year), and the like. The use of tārikh al-Mutūn for hadith texts has implications for the proper meaning according to historical facts. There are five arguments in using the science of tārikh al-Mutūn conducted by Sheikh Ibn Ḥajar in the Fatḥ al-Bāri. First, it is to get valid understanding. Second, it is to get the right istinbāṭ (legal discovery). Third, it is to compromise the hadiths that seem contradictory. Fourth, it is to explore abstruse terms. Fifth, it is for taujīh dilālat al-ḥadīṡ (aiming meaning of the hadith).