Problematika unifikasi kalender Islam : perspektif sains, tafsir, dan politik

Putra, Sudarmadi (2024) Problematika unifikasi kalender Islam : perspektif sains, tafsir, dan politik. Dr/PhD thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Disertasi_1700029021_Sudarmadi_Putra] Text (Disertasi_1700029021_Sudarmadi_Putra)
Disertasi_1700029021_Sudarmadi_Putra.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB)

Abstract

Terkait perbedaan dalam menentukan ritual ibadah seperti Ramadan, Syawal, dan Żulhijah, umat Islam seringkali menghadapi konflik baik di tingkat lokal maupun global setiap tahunnya. Oleh karena itu, upaya penyatuan atau unifikasi kalender Islam menjadi sangat penting. Unifikasi ini bertujuan untuk menyatukan penanggalan ibadah dan sipil umat Islam di seluruh dunia. Sistem penjadwalan waktu dengan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia.
Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang terbagi dalam tiga perspektif: sains, tafsir, dan politik. Dalam studi ini, peneliti menerapkan penelitian kepustakaan (library research) serta menggunakan kerangka teori yang dikembangkan oleh Ian G. Barbour.
Hasil penelitian ini menemukan, Pertama, problematika unifikasi kalender Islam global belum terwujud karena belum adanya kesepahaman dalam lima hal yaitu, penerimaan hisab, penerimaan transfer imkan rukyat, kesatuan matlak, keselarasan hari dan tanggal di seluruh dunia, serta penerimaan garis tanggal International. Kedua, perspektif sains dalam penelitian ini menyoroti pentingnya menyatukan kriteria hisab, di mana penyatuan tersebut harus mempertimbangkan visibilitas hilal. Ketiga, perspektif tafsir, prinsip kesatuan ditemukan dalam Surah Al-Anbiya’ ayat ke-92, serta universalisme ajaran Islam pada ayat ke-107 dalam surah yang sama. Keempat, perspektif politik, perbedaan faktual muncul berdasarkan pada pemegang otoritas (konsep nation state) yang harus memiliki konsepsi dan persepsi yang seragam. Jika keseragaman ini tidak tercapai, opsi terakhir yang dapat diambil adalah penerapan otoritas, baik dalam bentuk satu otoritas tunggal maupun otoritas kolektif yang disepakati bersama. Sebagai contoh, OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dapat bertindak sebagai fasilitator untuk menengahi perbedaan yang ada.

ABSTRACT:
The varying date determinations of worship rituals, such as Ramadan, Shawwal, and Żulhijah, often lead to conflicts within the Muslim community, both locally and globally, each year. Thus, the endeavor to unify the Islamic calendar becomes significantly vital. This unification strives to synchronize the scheduling of religious and civil events for Muslims worldwide. Establishing a globally uniform timekeeping system, adhering to the principle of one day, one date.
The methods employed in this study were qualitative-descriptive approaches, dissecting three perspectives: science, interpretation, and politics. In this study, the researcher applied library research and adopted a theoretical framework developed by Ian G. Barbour. The results of this research found, first, problem of global Islamic calendar unification has not been realized because there is no agreement on five things, namely, acceptance of reckoning, acceptance of imkan rukyat transfer, unity of matlak, harmony of days and dates throughout the world, and acceptance of the international date line. Second, scientific perspective in this research highlights the importance of unifying the criteria for reckoning, where the unification must take into account the visibility of the new moon. Third, from an exegetical perspective, the principle of unity is found in Surah Al-Anbiya' verse 92, as well as the universalism of Islamic teachings in verse 107 in the same surah. Fourth, political perspective, factual differences arise based on the authority holder (nation state concept) who must have a uniform conception and perception. If this uniformity is not achieved, the final option that can be taken is the application of authority, either in the form of a single authority or a mutually agreed upon collective authority. For example, the OIC (Organization of Islamic Cooperation) can act as a facilitator for existing intermediate differences.

Item Type: Thesis (Dr/PhD)
Uncontrolled Keywords: Problematika; Kalender Islam Global; Sains; Tafsir; Politik
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak)
Divisions: Program Pascasarjana > Program Doktor (S3) > 76003 - Studi Islam (S3)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 28 Nov 2024 03:46
Last Modified: 28 Nov 2024 03:46
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/25284

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics