Krisis lingkungan hidup saat ini disebabkan oleh krisi moral manusia modern yang disebabkan oleh paradigma antroposentrisme. Para akademisi mulai menyadari bahwa teknologi semata tidak dapat mengatasi permasalahan ini, dan mulai melihat faktor spiritual manusia yaitu agama. Namun di samping itu, tidak sedikit akademisi juga menuduh agama sebagai salah satu faktor dari paham antroposentrisme ini. Salah satu tokoh yang terkenal dengan kepiawaiannya dalam menyikapi masalah kontemporer yaitu Ali Jum’ah mengemukakan pendapatnya tentang masalah etika lingkungan dalam bingkai agama Islam. Islam yang memiliki ajaran khilafahnya dituduh sebagai ajaran yang melegitimasi dominasi manusia atas alam. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan: 1) Bagaimanakah karakteristik etika lingkungan Ali Jum’ah? dan 2) Bagaimana konsep khilafah ekologis dalam pemikiran etika lingkungan Ali Jum’ah? Permasalahan ini dibahas melalui studi pustaka dengan pendekatan normatif-teologis dan filsafat. Sumber data didapatkan dari sumber primer buku tokoh dengan dukungan sumber sekunder yang relevan, kemudian seluruh data yang sudah dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis isi, analisis deskriptif dan analisis kritis.
Kajian ini berkesimpulan bahwa 1) Etika lingkungan Ali Jum’ah merupakan etika lingkungan religius (Islamic eco-religious) dengan corak tradisional-transendental, 2) Konsep khilafah ekologis dalam Islam tidak membenarkan dominasi manusia atas alam, khilafah dimaknai sebagai mandataris dengan tugas utamanya yaitu 3K, konservasi, kemakmuran, dan kebaikan. Hal ini dapat menjadi penegas bahwa ajaran Islam tidak berisikan paham antroposentrisme sekuler.