Sejak akhir tahun 2019 hingga akhir tahun 2021, dunia dibuat kelimpungan dengan datangnya penyakit yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu Coronavirus Desease atau sering disebut Covid-19. Seantero dunia berjibaku menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan dan mengusakan penanggulangan penyakit secepat mungkin. Kendatipun demikian, jutaan manusia tetap saja meninggal dunia akibat serangan ganas yang ditimbulkan oleh virus yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China ini. Selanjutnya, wabah Covid-19 menjadi menjadi satu-satunya agenda prioritas yang harus diselesaikan bersama oleh seluruh Negara di dunia. Ia menjadi masalah global yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk aspek kesehatan, sosial, dan ekonomi, dll. Di awal kemunculannya, gejala penyakit ini berupa infeksi saluran pernafasan dan pnumonia, walaupun pada perkembangannya ditemukan banyak kasus infeksi tanpa gejala (asymptomatic) terutama pada anak. Covid-19 infeksius melalui percikan lendir atau cairan (droplets) yang mengandung virus saat kasus terinfeksi bersin atau batuk. Pada kondisi pandemi, saling kontak dekat dengan orang lain atau berada di ruangan tertutup dengan banyak orang beresiko tertular atau menularkan virus. Sementara itu, wabah Covid-19 yang terpampang di hadapan kita ini mengharuskan kita melakukan sesuatu agar memberikan rasa aman dan nyaman bagi kehidupan manusia, baik hari ini maupun di masa yang akan datang. Upaya mitigasi wabah harus kita pikirkan dengan cermat untuk meminimalisir dampak kerusakan yang diberikan pada kehidupan manusia. Dan mitigasi wabah Covid-19 ini, tidak hanya dapat ditinjau lewat perspektif sains saja, tapi juga lewat pendekatan keagamaan. Agama Islam sebagai pedoman bagi seluruh umat Muslim di dunia memiliki peran penting untuk menganalisis langkah-langkah taktis strategis guna meminimalisir dampak wabah bagi manusia. Pendekatan lewat ayat-ayat Al-Qur’an menjadi penting untuk dilakukan guna menjawab tantangan problematika sosial di masyarakat modern. Dalam konteks mitigasi wabah Covid-19, ulama’ maupun fuqoha’ memiliki peran yang cukup signifikan dalam memberikan panduan dan fatwa yang relevan dengan situasi saat ini. Salah satu ulama yang dikenal dengan pandangan dan pemikiran kontemporer adalah Ahmad Mustofa Al-Maraghi. Dalam tafsirnya yang menjadi salah satu referensi penting dalam pemahaman ayat-ayat Al-Qur'an, ia menjabarkan banyak kondisi masa kini dengan pendekatan modern. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk melihat kondisi Covid-19 ini dalam perspektif Tafsir Al-Maraghi. Sementara itu, untuk menganalisis langkah strategis mitigasi wabah Covid-19, kita membutuhkan prinsip-prinsip Maqashid Al-Syari'ah Jasser Auda yang mencakup tujuan-tujuan syariat Islam. Dengan teori fitur sistem dari Jasser Auda, kita dapat menentukan langkah apa yang harus kita lakukan dalam mengadapi pandemi global ini. Kedua Ulama’ ini menjadi jawaban atas kebutuhan analisis terhadap mitigasi wabah Covid-19 menggunakan pendekatan Qur’ani. Tafsir Al-Maraghi digunakan sebagai pendekatan untuk mencari landsape global terjadinya wabah di masa lalu, sementara Maqashid Al-Syari’ah Jasser Auda digunakan untuk menganalisis langkah-langkah taktis strategis mitigasi wabah Covid-19. Dengan mengelaborasi dua pendekatan ini, kita dapat mengkaji perbedaan penekanan, sudut pandang, dan kontribusi masing-masing pendekatan dalam konteks mitigasi wabah Covid-19. Dalam konteks penelitian ini, diperlukan analisis mendalam terhadap ayat-ayat Al-Qur’an untuk selanjutnya dianalisis dengan teliti lewat pendekatan filsafat sistem guna menghasilkan langkah kongkrit mitigasi wabah Covid-19.