Kesetaraan gender dalam konsep nusyuz fikih perspektif teori mubadalah
Sholihah, Siti Maratus (2023) Kesetaraan gender dalam konsep nusyuz fikih perspektif teori mubadalah. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Tesis_2100018014_SITIMARATUSSHOLIHAH_FULL.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (1MB)
Abstract
Penafsiran dan pemahaman konsep nusyu>z umumnya masih dipahami secara tekstual yang menyebabkan ketimpangan gender. Sementara pada era global ini, konsep nusyu>z harus dipahami baik secara tekstual dan juga kontekstual. Sehingga membutuhkan reaktualisasi dan rekontruksi agar tidak terjadi ketimpangan gender. Pada era global ini dengan maraknya isu gender, berkembang teori mubadalah. Dengan teori ini memungkinkan teks-teks keislaman menempatkan laki-laki dan perempuan dalam posisi sejajar sebagai subjek penuh kehidupan manusia. Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui kesetaraan gender dalam konsep nusyu>z fikih perspektif teori mubadalah dan kesetaraan gender dalam implikasi terhadap penyelesaian konsep nusyu>z fikih perspektif teori mubadalah.
Penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan metode kualitatif. Data dianalisis dengan analisis kritis dengan menggunakan pendekatan historis. Sumber data primer dari buku Qira’ah Mubadalah karya Faqihuddin Abdul Kodir dan data sekunder dari literatur yang berkaitan dengan kesetaraan gender dalam konsep nusyu>z.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kesetaraan gender dalam konsep nusyu>z fikih yang dipengaruhi oleh budaya patriarki masih dianggap belum setara dan bias gender, oleh karena itu diperlukan adanya reinterpretasi menggunakan perspektif mubadalah. Dengan perspektif mubadalah, nusyuz dianggap setara dan tidak menimbulkan bias gender karena dipandang secara subjektif bagi keduanya. Nusyu>z fikih dalam perspektif mubadalah adalah pembangkangan yang merupakan kebalikan dari taat yang dapat dilakukan baik oleh isteri ataupun suami. Taat dalam konteks relasi pasangan suami isteri adalah segala upaya baik yang dilakukan isteri ataupun suami untuk meningkatkan hubungan suami isteri menjadi lebih baik dalam mewujudkan tujuan dari pernikahan, yaitu menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. (2) Dengan perspektif mubadalah, implikasi terhadap penyelesaian nusyu>z fikih yang sebelumnya dianggap memberatkan dan merugikan isteri menjadi penyelesaian nusyuz yang setara dan tidak menimbulkan bias gender karena kedua ayat nusyu>z dapat saling berlaku satu sama lain dan tidak keluar dari pilar rumah tangga yaitu menjalin hubungan yang harmonis satu dengan yang lainnya. Baik nusyu>z suami dan isteri dipandang secara subjektif bagi keduanya, sehingga kedua ayat dapat diaplikasikan baik untuk suami ataupun isteri. Untuk penyelesaiannya dapat dilakukan dengan apa saja, baik yang tertera dalam ayat 34 surat Al-Nisa ataupun ayat 128 surat Al-Nisa, yang mana ayat 128 surat Al-Nisa ini dijadikan norma dan prinsip dalam memahami ayat 34 surat Al-Nisa, dengan tujuan mengembalikan kepada relasi suami isteri yang harmonis, utuh, saling mencintai dan menyayangi. Penyelesaian nusyuz perspektif mubadalah dapat memberikan pemahaman bahwa Al-Qur’an benar-benar mempunyai spirit keadilan dan persamaan, tidak hanya menitikberatkan pada salah satu jenis kelamin.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kesetaraan gender; Nusyu>z; Teori mubadalah |
Subjects: | 300 Social sciences > 305 Social groups > 305.3 People by gender or sex |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 76103 - Ilmu Agama Islam (S2) |
Depositing User: | Fahrurozi Fahrurozi |
Date Deposited: | 30 Nov 2024 02:09 |
Last Modified: | 30 Nov 2024 03:10 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/25319 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year