Munculnya organisasi Sarekat Islam telah menjadi perbincangan di kalangan ulama di Nusantara maupun di Mekah, karena organisasi ini mempunyai corak yang berbeda dengan organisasi lainnya dan membawa nama Islam. Oleh karena itu, melalui disertasi ini penulis menjelaskan tentang peran ulama dan politik dalam sejarah Sarekat Islam, ijtihad Kiai Hasyim Asy’ari dan Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dalam persoalan Sarekat Islam, serta metode ijtihad keduanya. Untuk dapat menyajikan penjelasan secara komprehensif, penulis menggunakan teknik analisis konten dan analisis interaktif melalui pendekatan Sejarah Sosial Intelektual, Filologi, dan Fikih Siyasah. Temuan dari hasil penelitian ini adalah: Pertama, ulama memiliki peran penting dalam mewujudkan keadaan sosial dan politik yang stabil dan kondusif yang dimulai dengan suatu perkumpulan atau organisasi. Kedua, polemik tentang Sarekat Islam antara Kiai Hasyim Asy’ari dan Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dilatarbelakangi oleh perbedaan sumber informasi dan perbedaan kondisi sosial dan politik yang terjadi di Nusantara dan di Mekah. Ketiga, Meskipun ada perbedaan antara keduanya, terdapat persamaan metode ijtihad antara kedua tokoh tersebut dalam merespon Sarekat Islam, yaitu berpegang teguh pada nilai-nilai Islam yang berlandaskan pada dalil naqli dan aqli, memerhatikan asas maslahat dan tidak menjadikan agama sebagai alat politik. Temuan-temuan tersebut berimplikasi pada tiga hal; 1) kajian terhadap peran ulama dalam organisasi masyarakat dan politik. 2) kajian terhadap gerakan organisasi Islam di Indonesia 3) peranan penting ulama dan umara dalam menghadapi tantangan politik dan sosial di Indonesia saat ini dan yang akan datang, untuk mewujudkan peradaban yang maju, yaitu dengan nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan.

ABSTRACT:
The establishment of the Sarekat Islam organization has become a polemic among Ulama in Nusantara and Mecca, because it has a different model from other organizations and carries the name of Islam. Therefore, through this dissertation, the writer explains the relationship between Ulama and politics in the history of Sarekat Islam, the ijtihad of Kiai Hasyim Asy’ari and Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi about Sarekat Islam, and the methods in their ijtihad. To be able to present a comprehensive explanation, the writer applies content analysis and interactive analysis methods through social intellectual history, philology, and Fiqh Siyasah. The findings from the results of this research are: First, Ulama has an important role in creating a stable and conducive social and political situation that begins by the organization. Second, the polemics about Sarekat Islam among Indonesian Ulama, especially between Kiai Hasyim Asy'ari and Shaykh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi were motivated by differences in the sources of information and differences in social and political conditions that occurred in Nusantara and in Mecca. Third, although there are dissenting opinios between them, there are several similarities namely adhering to the Islamic values which are based on the religious text (naqli) and sound reasoning (aqli), paying attention to the principle of benefit, and not using religion as a political tool. These findings have three implications; 1) study of the relationship between ulama, organization, and politics 2) study of the Islamic political movement in Indonesia 3) the important role of ulama and umara (governments) in facing current and future political and social challenges in Indonesia, to create an advanced civilization based on Islamic values and humanitarian values.