Yatim perspektif Edip Yuksel dkk Studi atas Quran : a Reformist Translation

Maisya, Anis (2023) Yatim perspektif Edip Yuksel dkk Studi atas Quran : a Reformist Translation. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Tesis_2104028006_Anis_Maisya] Text (Tesis_2104028006_Anis_Maisya)
Tesis_2104028006_Anis_Maisya.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB)

Abstract

Penafsiran terhadap ayat-ayat tentang anak yatim yang dilakukan oleh ulama selama ini cenderung tekstualis dan literalis. Sehingga produk penafsirannya hanya sebatas pada persoalan makna kata. Berbeda dengan produk penafsiran yang dilakukan oleh Edip Yuksel, di mana prinsip penafsirannya dapat dipahami secara kontekstual mengikuti perekmabangan zaman. Sehingga melalui penafsiran yang dilakukan oleh Edip Yuksel, harapannya hak-hak anak yatim dapat terpenuhi dengan baik.
Penelitian ini bersifat kualitatif. Sumber data primernya berasal dari karya-karya Edip Yuksel seperti Quran: A Reformist Translation, Manifesto for Islamic Reform, Critical Thinkers for Islamic Reform, Test Your Quranic Knowledge, Running Like Zebras, Peacemaker's Guide to Warmongers, The Prime Argument, Unorthodox Essays, Nineteen Questions for Christian Clergy, dan Nineteen Questions for Muslim Clergy. Adapun data sekunder diperoleh dari disertasi, jurnal, buku maupun artikel ilmiah yang terkait dengan topik penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi perbedaan pendapat antara Edip Yuksel dengan ulama lain dalam menafsirkan ayat-ayat tentang yatim. Pertama, Edip Yuksel memaknai yatim sebagai orang yang membutuhkan. Ini berbeda dengan ulama lain yang memaknai yatim sebagai anak yang kehilangan ayah. Kedua, berkaitan dengan hak berbuat baik terhadap yatim. Edip Yuksel menanamkan 3 pilar dalam kehidupan yaitu rendah hati, gotong royong, dan kekeluargaan. Pendapat ini berbeda dengan Ibnu katsir yang menekankan pada 5 pilar kehidupan yaitu beribadah kepada Allah, patuh kepada orang tua, menjaga hubungan baik dengan kerabat, berbuat baik dengan masyarakat sekitar, dan menghindari sifat sombong.
Ketiga, berkaitan dengan hak anak yatim dalam hal pernikahan. Edip Yuksel melegalkan praktik poligami sebagaimana ulama-ulama lainnya. Namun praktik poligami yang dilegalkan dalam pandangan Edip Yuksel adalah ibu dari anak yatim, bukan anak perempuan yatim. Hal ini dikarenakan Edip Yuksel tidak setuju apabila menikah dengan anak-anak. Maka untuk melindungi keduanya (ibu dan anaknya) maka solusi yang ditawarkan oleh Edip Yuksel adalah dengan menikahi ibu dari anak yatim tersebut.

ABSTRACT:
The interpretation of orphan verses by scholars so far tends to be textual and literal. So that the product of interpretation is only limited to the problem of the meaning of the word. In contrast to the product of interpretation carried out by Edip Yuksel, where the principle of interpretation can be understood contextually following the development of the times. So that through the interpretation carried out by Edip Yuksel, it is hoped that the rights of orphans can be fulfilled properly.
This research is qualitative in nature. The primary data sourcer come from Edip Yuksel's works such as Quran : A Reformist Translation, Manifesto for Islamic Reform, Critical Thinkers for Islamic Reform, Test Your Quranic Knowledge, Running Like Zebras, Peacemaker's Guide to Warmongers, The Prime Argument, Unorthodox Essays, Nineteen Questions for Christian Clergy, and Nineteen Questions for Muslim Clergy. The secondary data were obtained from dissertations, journals, books, and scientific articles related to this research topic.
The results of this study indicate that there has been a difference of opinion between Edip Yuksel and other scholars in the dispute over the verses about orphans. First, Edip Yuksel interprets orphans as people in need. This is different from other scholars who define orphans as children who have lost their fathers. Second, related to the right to do good to orphans. Edip Yuksel instills 3 pillars in life, namely humility, mutual cooperation, and kinship. This opinion differs from that of Ibnu Katsir who emphasizes the 5 pillars of life, namely worshiping Allah, obeying parents, maintaining good relations with relatives, doing good to the surrounding community, and avoiding arrogance.
Third, related to the rights of orphans in terms of marriage. Edip Yuksel legalized the practice of polygamy like other clerics. However, the legalized practice of polygamy, in Edip Yuksel's view, is the mother of an orphan, not an orphan daughter. This is because Edip Yuksel does not agree to marry with children. So to protect both (mother and child), the solution offered by Edip Yukselis to marry the mother of the orphan.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Yatim; Edip Yuksel; Tafsir Al-Quran
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.12 Al-Quran and Hadith > 297.122 Al-Quran > 297.1226 Interpretation and Criticism
Divisions: Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 76131 - Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (S2)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 05 Dec 2024 03:31
Last Modified: 05 Dec 2024 03:31
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/25408

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics