Hutan sebagai karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan alam yang tak ternilai harganyah wajib disyukuri. Oleh karena itu hutan harus diurus dan dimanfaatkan dengan akhlak yang mulia dalam rangka beribadah sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hutan adalah karunia dan amanah Tuhan yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai negara, memberikan manfaat serbaguna kepada umat manusia, karena wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang atau generasi mendatang.
Penelitian ini merupakan jenis field research (penelitian lapangan) dengan judul Respon Masyarakat Samin Klopoduwur Terhadap Peraturan pengelolaan Hutan Dalam Perspektif Hukum Islam. Untuk itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; pertama, Bagaimana respon masyarakat Samin Klopoduwur terhadap peraturan pengelolaan hutan?; kedua, Bagaimana peraturan pengelolaan hutan dalam perspektif hukum Islam ?; ketiga, Bagaimana respon masyarakat Samin Klopoduwur terhadap peraturan pengelolaan hutan dalam perspektif hukum Islam?. Rumusan ini, dipandang penting untuk menjawab bagaimana kondisi masyarakat Samin Klopoduwur merespon dan menanggapi peraturan pengelolaan hutan sehingga terciptanya hutan yang lesatri.
Penelitian ini menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara serta pendekatan kualitatif deskriptif yang berdasarkan dari kenyataan tentang respon masyarakat Samin Klopoduwur dalam rangka mengelola hutan sekitar,. Dalam tesis ini peneliti menghasilkan tiga hasil penelitian, yaitu: pertama, respon menerima dan taatnya mereka terhadap pertauran pengelolaan hutan, masyarakat menjalankan dan ikut membantu Perum Pehutani dalam rangka mengelola hutan. Kedua, masyarakat menolak peraturan pengelolaan hutan, karena masyarakat meyakini hutan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal merupakan hutan warisan dari leluhur mereka, mereka menggunakan perlawanan dengan cara menebang pohon jati jika membutuhkan untuk membuat rumah atau mengganti kayu bagian rumah yang telah rusak . Ketiga, konflik tanah leluhur yang telah diklaim oleh Perum Perhutani, dengan mendirikan rumah dan menanami pohon pisang dan singkong sampai sekatang adalah wujud strategi untuk menunjukkan bahwa lahan yang diklaim oleh Perum Perhutani adalah lahan warisan dari leluhur. Dari hasil tersebut kemudian dianalisa dengan hukum Islam.