Tradisi dugderan di Kota Semarang perspektif filsafat sosial

Yusuf, Muhammad (2023) Tradisi dugderan di Kota Semarang perspektif filsafat sosial. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Skripsi_1904016044_Muhammad Yusuf_Full] Text (Skripsi_1904016044_Muhammad Yusuf_Full)
Skripsi_1904016044_Muhammad Yusuf_Full Tugas Akhir (1) - Muhammad Yusuf.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (1MB)

Abstract

Dugderan adalah suatu upacara yang dilaksanakan tiap menjelang datangnya bulan Ramadhan. Upacara ini merupakan cerminan dari perpaduan tiga etnis yang mendominasi masyarakat Semarang yakni etnis Jawa, Tionghoa dan Arab. Nama “Dugderan” diambil dari kata “dugder” yang berasal dari kata “dug” (bunyi bedug yang ditabuh) dan “der” (bunyi tembakan meriam). Tradisi Dugderan merupakan tradisi yang mengalami evolusi atau perubahan. Dugderan mengalami komodifikasi karena keberfungsian Dugderan saat ini tidak digunakan lagi seperti awal kemunculannya yaitu untuk penentu awal puasa. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pelaksanaan tradisi dugderan di Kota Semarang. dan (2) menganalisis nilai sosial yang terdapat dalam tradisi dugderan di Kota Semarang perspektif filsafat sosial. Metode penelitian yang digunakan yaitu melalui pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi pustaka, wawancara dan observasi. Setelah data didapatkan kemudian dilakukan analisis dengan cara mereduksi data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kebebasan yang diusung dalam dugderan yaitu kebebasan berkreasi. Kebebasan berkreasi diantaranya pelaksanaan dugderan bebas untuk menambahkan kreasi pada dugderan. Tradisi Dugderan berkembang dari tahun ke tahun, apabila dulunya hanya menggunakan meriam, sekarang semakin ramai dengan digunakannya bom udara serta sirene yang menandai awal Tradisi tersebut. Nilai kebebasan yaitu dengan keikutsertaan semua etnis di Kota Semarang dalam tradisidugderan. Makna egalitarian atau kesetaraan dimana pada prosesi arak-arakan ini masyarakat semuanya sama, tidak ada yang dibeda-bedakan, semua etnis ikut berbaur, anak muda dan orang dewasa semua larut dalam kegembiraan. Keadilan sosial dalam kirab budaya juga dapat dianalisis bahwa tradisi Dugderan mengandung prinsip keadilan sosial, dimana kirab budaya melibatkan semua etnisyang ada di Kota Semarang dalam kegiatan doa bersama, dimana sebelum prosesi dilaksanakan masyarakat dari semua jenjang usia, etnis, agama melakukan doa bersama agar prosesi dugderan dapat terlaksana dengan baik.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Uncontrolled Keywords: Tradisi dugeran; Filsafat sosial
Subjects: 300 Social sciences > 390 Customs, etiquette, folklore
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76237 - Aqidah Filsafat Islam
Depositing User: Fahrurozi Fahrurozi
Date Deposited: 06 Dec 2024 04:27
Last Modified: 06 Dec 2024 04:27
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/25422

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics