Pratik agama yang baik dapat dilakukan dengan pemahaman wacana yang baik, benar dan humanis. Sebab jika pemahaman agama dipahami dengan tafsiran yang keliru dan salah akan menimbulkan berbagai macam ketidakberesan sosial, oleh karenanya wacana keagamaan selain bersumber pada ceramah, Al-qur’an dan hadist. Perlu adanya wacana alterrnatif yang mudah dipahami oleh semua kalangan, wacana tersebut dapat melalui satire, cerpen, puisi, dan karya-karya sastra lainya. Salah satu satire yang populer di masyarakat adalah buku “Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya” dari satire tersebut dapat menggambarkan ketidakberesan sosial berupa pola pikir masyarkat yang cenderung naratif atau tekstual, serta narasi yang terkandung dalam buku “Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya’ memiliki kritik ideologi tertentu yang bertujuan untuk mengkontruksi ketidakberesan sosial tersebut. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode diskripsi kualitaif dengan pengambilan data studi pustka, berdasarkan pendekatan Norman Fairclough dengan hasil: corak ketidakberesan yang terdapat dalam penelitian ini adalah mengambarkan masyrakat yang pola pikirnya cenderung naratif. Agar dapat mengatasi pola pikir yang cenderung naratif perlu adanya kontruksi dalam kesadaran diri manusia untuk menyadari diri manusia sebagai hamba Allah dan manusia sebagai makhluk sosial dengan pendekatan yang humanis atau tolong menolong. Narasi wacana yang mengabarkan adanya ideologi masyarakat dengan pola pikir naratif tersebut di bagi menjadi 10 tema besar dengan konteks keagamaan yang mudah dipahami oleh mayarakat awam.