Pemberlakuan asas retroaktif dalam peradilan HAM berat (dialektika konsep mashlahat dan hak asasi manusia)
Qodir, Ibnu (2014) Pemberlakuan asas retroaktif dalam peradilan HAM berat (dialektika konsep mashlahat dan hak asasi manusia). Masters thesis, IAIN Walisongo.
125112085_Tesis_Sinopsis.pdf - Accepted Version
Download (1MB) | Preview
125112085_Tesis_Coverdll.pdf - Accepted Version
Download (982kB) | Preview
125112085_Tesis_Bab1.pdf - Accepted Version
Download (1MB) | Preview
125112085_Tesis_Bab2.pdf - Accepted Version
Download (1MB) | Preview
125112085_Tesis_Bab3.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only
Download (1MB)
125112085_Tesis_Bab4.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only
Download (981kB)
125112085_Tesis_Bab5.pdf - Accepted Version
Download (890kB) | Preview
125112085_Tesis_Bibliografi.pdf - Bibliography
Download (909kB) | Preview
Abstract
Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem civil law. Sistem hukum civil law lebih mengutamakan peraturan tertulis daripada peraturan yang tidak tertulis. Sebagai konsekuensiya, maka penerapan asas legalitas menjadi mutlak diperlukan dalam pemberlakuan hukumya. Menurut asas legalitas, suatu perbuatan hanya dapat dikenakan hukum, jika perbuatan tersebut terjadi setelah ada peraturan yang mengaturnya, dengan kata lain hukum tidak boleh di berlakukan surut atau retroaktif. Akan tetapi, dalam kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia, hukum dapat di berlakukan surut (retroaktif). Hal ini tercantum dalam dalam pasal 43 ayat (1) UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang berbunyi “Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat yang terjadi sebelum diundangkanya Undang-Undang ini, diperiksa dan diputus oleh pengadilan HAM ad hoc”. Selain itu dalam penjelasan Pasal 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa “… hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut dapat dikecualikan dalam pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia yang digolongkan ke dalam kejahatan kemanusiaan”. Disisi lain, hak untuk tidak dituntut atas dasar undang-undang yang berlaku surut, merupakan hak asasi manusia yang paling asasi, hal ini ditegaskan dalam UUD 45 Pasal 28 (I) yang berbunyi “…hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”.
Dalam hukum Islam asas legalitas (non retroaktif) juga merupakan asas pokok yang menjadi dasar penerapan hukumnya. Hal ini tercermin dari kaidah “tidak ada tindak pidana (jarimah) dan tidak ada hukuman (iqāb) kecuali dengan adanya nash”. Hukum Islam disyari’atkan untuk mewujudkan dan memelihara mashlahat umat manusia. Pelanggaran HAM berat merupakan kejahatan kemanusian yang harus di adili untuk menjaga mashlahat (maqhasid al-syari’ah) akan tetapi permasalahanya pengadilan yang berlaku surut bertentangan dengan asas pokok pemberlakuan hukum Islam, terlebih pemberlakuan asas retrokatif tersebut bertentangan secara “verbal” dengan HAM dalam UUD. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, (1) Bagaimana pemberlakuan asas retroaktif dalam peradilan HAM berat, perspektif paradigma perlindungan hak asasi manusia (HAM)?, (2) Bagaimana pemberlakuan asas retroaktif dalam peradilan HAM berat persepektif konsep mashlahat?, dan bagaimana dialektika konsep mashlahat dan HAM terhadap pemberlakuan asas retroaktif dalam pengadilan HAM berat?.
Penelitian ini adalah library reaserch yang dianalisis secara kualitatif dengan sifat diskriptif analitik. Dalam hal ini, penyusun mendiskripsikan bagaimana pemberlakuan asas retroaktif tersebut dalam sistem hukum Indonesia dari teoritis dan praktis, mendiskripsikan bagaimana konsep mashlahat dalam hukum Islam, mendiskripsikan bagaimana konsep dan paradigma perlindungan HAM, untuk dianalisis. Selanjutnya hasil analisis konsep maslahat dan paradigma perlindungan HAM terhadap pemberlakuan asas retroaktif dalam peradilan HAM berat, didialektikkan untuk mencari format hukum baru.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pemberlakuan asas retroaktif dalam peradilan HAM berat jika dilihat dari sudut pandang paradigma perlindungan hak asasi manusia (HAM), merupakan suatu pelanggaran HAM karena hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut termasuk dalam non derogable rights yaitu hak asasi manusia yang paling fundamental dan bersifat absolut dan tidak dapat dikurangi oleh siapapun (termasuk sistem/negara) dan dalam keadaan apapun.
Pemberlakuan asas retroaktif dalam peradilan HAM berat jika dilihat dari sudut pandang konsep maslahat dalam hukum Islam (ishtishlah), hukumnya adalah boleh (“legal”). Hal tersebut bedasarkan pada pertimbangan kemaslahatan dalam pemberlakuan asas retroaktif terhadap pengadilan HAM berat lebih besar dan bersifat umum (publik) dibanding dengan kemaslahatan menolak asas retroaktif untuk melindungi hak-hak dasar pelaku pelanggaran HAM berat yang bersifat lebih ringan dan parsial (individual).
Bentuk dialektika antara konsep mashlahat dan HAM terhadap pemberlakuan asas retroaktif pelanggaran HAM berat, adalah berupa pembatasan kebolehan (“kelegalan”) asas retroaktif itu digunakan. Batasan-batasan tersebut berupa kategori kemashlahatan yang dilanggar dari setiap perbuatan-perbuatan yang melanggar HAM berat. Pembolehan konsep mashlahat dalam pemberlakuan asas retrokatif terbatas pada kejahatan-kejahatan yang melanggar maqāsid al-khamsah yang berupa menjaga agama, jiwa, akal, harta benda dan nasab. Jika pelanggaran terhadap HAM berat tidak mengancam eksistensi maqāshid al-syarȋah yang bersifat dharuriyah, maka perlindungan terhadap HAM pelaku pelanggaran haruslah di utamakan karena penerapan asas legalitas (hukum yang tidak berlaku surut) juga merupakan asas pokok pemberlakuan hukum syariat Islam.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Asas Retroaktif; Peradilan HAM; Mashlahat; Hak Asasi Manusia |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.14 Religious Ceremonial Laws and Decisions 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.27 Islam and social sciences > 297.272 Islam and politics, fundamentalism |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Master (S2) |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 11 Sep 2014 01:41 |
Last Modified: | 11 Sep 2014 01:41 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/2549 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year