Dinamika purifikasi Muhammadiyah di Jawa Tengah
Tafsir, Tafsir (2022) Dinamika purifikasi Muhammadiyah di Jawa Tengah. Dr/PhD thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Disertasi_1400039088_Tafsir.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (3MB)
Abstract
Pemahaman tentang purifikasi di kalangan Muhammadiyah tampaknya perlu ditafsir ulang (didekonstruksi) agar diperoleh pemahaman tentang purifikasi yang lebih komprehensif selaras dengan karakter Muhammadiyah yang reformis, modernis, progresif, dan moderat. Pokok masalah penelitian meliputi: apa pengertian, landasan serta dinamika purifikasi Muhammadiyah secara konseptual, bagaimana pandangan para Pimpinan Muhammadiyah tentang purifikasi serta bagaimana dinamika yang terjadi dalam pelaksanaannya. Penelitian kualitatif ini mengambil lokasi di Ranting Muhammadiyah Plompong, Sirampog-Brebes, Muhammadiyah Kaliwungu, dan Cabang Muhammadiyah Jatinom, Klaten. Analisis penelitian ini menggunakan deskriptif-interpretatif dengan pendekatan pemikiran Islam dan sejarah dengan kerangka teori pemikiran Fazlur Rahman tentang pemahaman Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, di dalam rumusan-rumusan ideologi Muhammadiyah, purifikasi diartikan sebagai pemurnian, tetapi tidak terdapat penjelasan tentang purifikasi secara definitive. Pengertian purifikasi terdapat dalam ungkapan-ungkapan seperti bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, mengembalikan kepada ajaran Islam yang asli dan murni tanpa tambahan dan perubahan dari manusia, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah, dan khurafat. Tajdid mengandung makna pemurnian (purifikasi) sebagaimana terdapat dalam Landasan Ideologi Muhammadiyah. Dinamika secara konseptual di dalam Ideologi Muhammadiyah adalah dinamika kontradiktif atau konfliktual. Kedua, Pimpinan Muhammadiyah di lokasi penelitian memahami purifikasi sebagai pemurnian, pembersihan ajaran Islam dari unsur-unsur, tradisi dan kebudayaan dari luar ajaran Islam. Implementasi purifikasi Muhammadiyah di lokasi penelitian memiliki fenomena dinamika yang bersifat destruktif dan konstruktif, baik secara internal maupun eksternal. Ketiga, sebagai rekonstruksi, purifikasi dipahami sebagai otentikasi, desakralisasi budaya, fungsionalisasi nilai-nilai Islam. Purifikasi bukan tekstualisasi. Purifikasi adalah desakralisasi (penghilangan nilai-nilai sakral seperti tahayul, bid’ah dan khurafat) dan festivalisasi budaya bukan penghilangan budaya (dekulturasi) karena sesungguhnya Muhammadiyah sangat apresiasi terhadap budaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumen resmi Muhammadiyah dalam Dakwah Kultural Muhammadiyah, Seni Budaya Islam dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, yang sebenarnya merupakan Landasan Ideologi Kebudayaan Muhammadiyah.
ABSTRACT:
Pemahaman tentang purifikasi di kalangan Muhammadiyah tampaknya perlu ditafsir ulang (didekonstruksi) agar diperoleh pemahaman tentang purifikasi yang lebih komprehensif selaras dengan karakter Muhammadiyah yang reformis, modernis, progresif, dan moderat. Pokok masalah penelitian meliputi: apa pengertian, landasan serta dinamika purifikasi Muhammadiyah secara konseptual, bagaimana pandangan para Pimpinan Muhammadiyah tentang purifikasi serta bagaimana dinamika yang terjadi dalam pelaksanaannya. Penelitian kualitatif ini mengambil lokasi di Ranting Muhammadiyah Plompong, Sirampog-Brebes, Muhammadiyah Kaliwungu, dan Cabang Muhammadiyah Jatinom, Klaten. Analisis penelitian ini menggunakan deskriptif-interpretatif dengan pendekatan pemikiran Islam dan sejarah dengan kerangka teori pemikiran Fazlur Rahman tentang pemahaman Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, di dalam rumusan-rumusan ideologi Muhammadiyah, purifikasi diartikan sebagai pemurnian, tetapi tidak terdapat penjelasan tentang purifikasi secara definitive. Pengertian purifikasi terdapat dalam ungkapan-ungkapan seperti bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, mengembalikan kepada ajaran Islam yang asli dan murni tanpa tambahan dan perubahan dari manusia, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah, dan khurafat. Tajdid mengandung makna pemurnian (purifikasi) sebagaimana terdapat dalam Landasan Ideologi Muhammadiyah. Dinamika secara konseptual di dalam Ideologi Muhammadiyah adalah dinamika kontradiktif atau konfliktual. Kedua, Pimpinan Muhammadiyah di lokasi penelitian memahami purifikasi sebagai pemurnian, pembersihan ajaran Islam dari unsur-unsur, tradisi dan kebudayaan dari luar ajaran Islam. Implementasi purifikasi Muhammadiyah di lokasi penelitian memiliki fenomena dinamika yang bersifat destruktif dan konstruktif, baik secara internal maupun eksternal. Ketiga, sebagai rekonstruksi, purifikasi dipahami sebagai otentikasi, desakralisasi budaya, fungsionalisasi nilai-nilai Islam. Purifikasi bukan tekstualisasi. Purifikasi adalah desakralisasi (penghilangan nilai-nilai sakral seperti tahayul, bid’ah dan khurafat) dan festivalisasi budaya bukan penghilangan budaya (dekulturasi) karena sesungguhnya Muhammadiyah sangat apresiasi terhadap budaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumen resmi Muhammadiyah dalam Dakwah Kultural Muhammadiyah, Seni Budaya Islam dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, yang sebenarnya merupakan Landasan Ideologi Kebudayaan Muhammadiyah.
Kata kunci : tajdid, murni, dan berkemajuan
ABSTRACT
Title : The Dynamics of Purification of Muhammadiyah in
Central Java
Author : Tafsir
Id Number : 1400039088
The prevailing understanding of the notion of (religious) purification in Muhammadiyah needs to be deconstructed, and then reconstructed. This is because it creates a dilemma for the Muhammadiyah’s movement in the society. On one hand, Muhammadiyah has been endeavouring on building progressive Islamic thoughts through the spirit of tajdid and ijtihad. However, on the other hand, it strives to preserve Islam as authentic and pure as possible without any changes and additions by humankinds. This research attempts to find definitions, bases, and the dynamics of the concept of Muhammadiyah’s purification and its implementation in the context of Muhammadiyah in Central Java. This qualitative research takes place in three locations: the Muhammadiyah of Brebes, Kendal, and Klaten. The data is analysed using a descriptive-interpretative analysis and Fazlur Rahman’s Islamic-Historical approach on the notion of returning to the Quran and as Sunnah.
The research found that there is no definitive concept of purification in the formulations of Muhammadiyah’s ideology. However, there are some expressions that imply purification, such as based on the Quran and as Sunnah, referring to the authentic and pure Islamic teachings without any changes and additions by humankinds, empty from polytheism, heresy and superstitions, and renewal, which imply the meaning of purification as written in the Landasan Ideologi Muhammadiyah (the Ideological Foundation of Muhammadiyah). Leaders of Muhammadiyah in three locations of this research view purification as refinement, cleaning Islamic teachings from the elements of traditions and cultures that are considered un-Islamic. Hence, it can be understood that the implementation of purification in the research locations has destructive and constructive in its nature, internally and externally.
Item Type: | Thesis (Dr/PhD) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Prifikasi; Tajdid; Muhammadiyah; Berkemajuan |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.6 Islamic history > 297.65 Organizations of Islam |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Doktor (S3) > 76003 - Studi Islam (S3) |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 02 Jan 2025 07:11 |
Last Modified: | 02 Jan 2025 07:11 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/25496 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year