Tarekat menjadi jalan keberagamaan kelas menengah muslim perkotaan, sebagaimana dapat dilihat dari keikutsetaan mereka pada pendidikan tarekat di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang. Keberlimpahan materi, pendidikan yang tinggi, dan pekerjaan mapan tidak membuat kelas menengah muslim perkotaan menjauh dari agama sebagaimana diprediksi oleh penganut evolusionis, tetapi mereka menjadi semakin intens mengikuti jalan tarekat. Fenomena ini juga menunjukkan adanya wajah berbeda dari tarekat. Jika selama ini tarekat cenderung diasosiasikan dengan ketidakpedulian terhadap hal-hal duniawi, kelas menengah muslim perkotaan menunjukkan hal yang sebaliknya, yaitu tarekat yang berjalan beriringan dengan hal-hal duniawi, bahkan kemapanan secara ekonomi menjadi penopang mereka bertarekat. Penelitian ini menjawab dua hal, yaitu bagaimana pendidikan tarekat yang diikuti kelas menengah muslim perkotaan di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang? dan bagaimana konstruksi keberagamaan mereka?
Teori konstruksi sosial digunakan untuk memahami proses pendidikan dan konstruksi jalan tarekat kelas menengah muslim perkotaan. Teori ini digunakan untuk melihat keterlibatan kelas menengah muslim perkotaan dalam aktivitas pendidikan tarekat di pesantren Jagat ‘Arsy secara dinamis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan fokus utama pada kajian lapangan dengan pendekatan fenomenologi. Data-data didapatkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode, kemudian data dianalisis dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan.
Penelitian ini menghasilkan temuan sebagai berikut: Pertama, pendidikan tarekat yang diikuti kalangan kelas menengah muslim perkotaan di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang dapat menjadi jawaban atas persoalan kehidupan keberagamaan yang dialami masyarakat era milenial, memberi nutrisi rohani dan meningkatkan kecerdasan spiritual yang bermanfaat untuk pedoman saat mengalami berbagai persoalan kehidupan, memberikan dasar nilai-nilai moderasi beragama yang menekankan perdamaian dan hubungan baik dengan sesama manusia, baik yang seagama maupun berbeda agama, serta ajaran tentang mentaati agama sekaligus negara. Kedua, Keberagamaan kelas menengah muslim perkotaan menampilkan wajah baru dalam kehidupan bertarekat. Wajah baru tarekat tersebut merupakan hasil dialektika antara ajaran agama dengan budaya kelas menengah muslim perkotaan. Mereka tampil sebagai sufi-sufi milenial yang kooperatif terhadap perkembangan zaman, selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

ABSTRACT:
Tarekat has become a religious path for the urban Muslim middle class, as can be seen from their participation in tarekat education at Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang. Material abundance, higher education, and steady work did not turn the urban Muslim middle class away from religion as evolutionists predict, but they became more and more intense in following the tarekat path. This phenomenon also shows the existence of a different face from the tarekat. If so far the tarekat has tended to be associated with indifference to worldly things, the urban Muslim middle class shows the opposite, namely the tarekat which goes hand in hand with worldly things, even economic establishment is the support for them. This research answers two things, namely how is the tarekat education followed by the urban Muslim middle class is implemented in the Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang? and how is their religious construction?
Social construction theory is used to understand the educational process and road construction of the urban Muslim middle-class tarekat. This theory is used to see the dynamic involvement of the urban Muslim middle class in the educational activities of the tarekat at the Pesantren Jagat ‘Arsy. This research is qualitative research with the main focus on field studies with a phenomenological approach. Data obtained through observation, interviews, and documentation. The data validity test was carried out by using triangulation of sources and methods, then the data were analyzed using the stages of data reduction, data presentation, and conclusion drawing.
This study produced the following findings: First, tarekat education followed by the urban Muslim middle class at the Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang can be an answer to the problems of religious life experienced by millennial society, providing spiritual nutrition and increasing spiritual intelligence which is useful for guidance when experiencing various kinds of problems. issues of life, providing the basis for values of religious moderation that emphasize peace and good relations with fellow human beings, both of the same religion and of different religions, as well as teachings on obeying religion as well as the state. Second, the religiosity of the urban Muslim middle class presents a new face in religious life. The new face of the tarekat is the result of the dialectic between religious teachings and the culture of the urban Muslim middle class. They appear as millennial Sufis who are cooperative with the times, in line with the development of science and technology