Permasalahan sosial yang muncul dari interaksi kehidupan memang silih berganti bermunculan salah satunya persoalan fitnah. Kata fitnah dalam masyarakat menjadi kata yang tidak asing didengar, bagi masyarakat Islam maupun non Islam, sebagian besar mengartikan fitnah sebagai kata bohong atau tanpa berdasar kebenaran, namun sebenarnya fitnah memiliki pemahaman atau penafsiran yang sangat luas dan lebih umum daripada makna tersebut, terutama dalam Al-Qur’an fitnah memiliki definisi bermacam-macam. Untuk mempermudah mengkaji makna fitnah ini, peneliti mengkaji dari prespektif mufassir nusantara yakni dalam Tafsir An-Nur karyanya Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy.
Adapun fokus rumusan masalah dalam pengolahan data untuk mengetahui makna fitnah dalam kajian ini adalah; 1) Bagaimana makna fitnah dalam Al-Qur’an menurut Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dalam Tafsir An-Nur? Dan 2) Bagaimana kontekstualisasi makna fitnah menurut Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy terhadap kehidupan sekarang?. Yang mana tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui makna fitnah lebih lanjut menurut Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dalam Tafsir An-Nur. Kemudian kajian pengolahan data ini menggunakan penelitian pustaka (library research) yakni menggali dan menelaah keterangan yang benar serta mendapatkan informasi yang diperlukan dari bahan tertulis. Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif analitis yakni proses penguraian untuk mendapatkan dan menyusun data secara sistematis dan spesifik. Dengan mengambil sumber utama berupa Al-Qur’an dan buku-buku yang menjelasakan penafsiran dan makna fitnah khususnya dalam buku Tafsir An-Nuur karya Muhammad Hasbi ash- Shiddieqy, serta mengambil sumber informasi sekunder dari sumber rujukan yang menyakup dan berkaitan dengan penelitian mengenai makna fitnah.
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh hasil sebagai berikut: Fitnah dalam Al-Qur’an memiliki makna yang berbeda dari makna yang telah menyebar luas pada masyarakat. Seperti mengenai contoh fitnah dalam Al-Qur’an yang mengambil relevansi terhadap kontekstualisasi peristiwa sosial sebagai berikut; peristiwa sosial yang terjadi dalam QS. Al-Baqarah ayat ke 193 adalah kekacauan yang ditimbulkan oleh orang yang menggangu kenyamanan beragama, salah satu peristiwa yang relevan dalam hal ini adalah gangguan orang-orang yang melakukan perilaku maksiat salah satunya perbuatan judi yang nantinya dampaknya akan berakibat buruk dalam jangka waktu panjang di masa depan.
QS Al-Baqarah ayat ke 217 dimaknai gangguan yang dilakukan untuk mempengaruhi kaum muslimin agar lemah imannya dan kembali pada kekafiran, untuk kontekstualisasi peristiwa sosial yang memiliki kesamaan terjadi pada etnis muslim yakni Rohingya yang berasal dari negara Myanmar yang terus di kucilkan oleh pemerintah akan tetapi mereka masih mempertahankan keimanan. QS An- Nisa’ayat ke 91 dan QS Al-Anfal ayat ke 39 merupakan dua ayat yang memiliki makna yang hampir sama, ayat tersebut merupakan ayat yang menguraikan sikap seseorang yang bersikap munafik terhadap suatu kelompok, mereka hanya berlindung dan ikut bergabung untuk mendapatkan kondisi aman. Perbuatan makar menjadi salah satu contoh sosial yang mana golongan ini akan ikut memusuhi dan terkadang juga ikut bergabung untuk mendapatkan keamanan, peristiwa ini tentu akan memantik sikap kepedulian umat Islam atas dampak yang timbulkan, yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada kekuatan umat Islam.