Kekerasan dalam pacaran yang terjadi pada perempuan dewasa awal cukup memprihatinkan bagi generasi masadepan. Kekerasan dalam pacaran juga mengakibatkan dampak yang sangat negatif bagi para remaja khususnya perempuan. Banyak sekali dampak yang mereka dapatkan akibat kekerasan yang mereka alami dalam hubungan pacaran dan dampak itu sangat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada perempuan korban kekerasan dalam pacaran tersebut. Melihat angka kekerasan dalam pacaran yang tiap tahunnya masih terbilang tinggi tentu diperlukan langkah serta upaya dalam membantu korban. Sehingga rumusan masalah pada pernelitian ini adalah bagaimana proses konseling individu dalam membentuk kesejahteraan psikologis pada perempuan korban kekerasan dalam pacaran yang ditangani Rifka Annisa Women Crisis Center Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui proses konseling individu dalam membentuk kesejahteraan psikologis pada perempuan korban kekerasan dalam pacaran yang ditangani Rifka Annisa Women Crisis Center Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif studi kasus. Sumber penelitian ini terdiri dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer berasal dari konselor, karyawan, dan perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam pacaran. Wawancara, observasi, dan dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini. Teknik triangulasi data dan triangulasi teknik digunakan untuk menguji keabsahan data, sedangkan teknik analisa data pada penelitian ini mencakup pengumpulan data, reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini meliputi proses konseling individu dalam membentuk kesejahteraan psikologis pada perempuan korban kekerasan dalam pacaran yang ditangani oleh Rifka Annisa Women Crisis Center Yogyakarta. Dengan tahapan dari tahap awal, tahap pertengahan, dan tahap akhir dengan beberapa teknik-teknik layanan konseling dan menggunakan metode direktif serta nondirektif. Kemudian terdapat perilaku perubahan sesuai kesejahteraan psikologisnya seperti sudah menerima apa yang telah menimpanya, emosi menjadi lebih stabil, mampu bersosial kembali, adanya tujuan hidup kembali, perlahan kembali percaya diri, sudah mampu menciptakan lingkungan yang aman pada dirinya sendiri, dan mampu memutuskan solusinya sendiri tanpa bantuan atau pandangan orang lain.