Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan pra nikah dalam upaya membentuk work-life balance. jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme, dengan menggunakan pendekatan fenomonologi serta metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi, untuk menguji keabsahan data menggunakan triangulasi teknik. Sedangkan metode analisis data menggunakan reduksi data dan penarikan kesimpulan.
Pelaksanaan bimbingan pra nikah di KUA Kecamatan Brebes dilaksanakan oleh tenaga penyuluh agama, dengan metode bimbingan yaitu metode bimbingan mandiri dengan metode penyampaian yaitu metode ceramah dan metode tanya jawab dan diskusi, materi yang diberikan meliputi pernikahan yang terambil dari buku pondasi keluarga sakinah yang diterbitkan Ditjen Bimas Islam Kementrian Agama yang meliputi membangun landasan keluarga sakinah, merencanakan perkawinan yang kokoh menuju keluarga sakinah, dinamika perkawinan, kebutuhan keluarga, generasi berkualitas, ketahanan keluarga dalam menghadapi tantangan kekinian, mengenali dan menggunakan hukum untuk melindungi perkawinan dan keluarga, mengelola konflik keluarga, sedangkan materi yang berkaitan dengan work-life balance adalah dinamika perkawinan, kebutuhan keluarga, dan mengelola konflik keluarga. Dari pelaksanaan bimbingan pra nikah dalam upaya membentuk work-life balance pada calon pengantin studi di KUA Kecamatan Brebes dilihat dari tiga indikator work-life balance pada penelitian ini menghasilkan, Pertama¸ keseimbangan waktu dari keenam pasang calon pengantin terdapat sepasang calon pengantin yang keduanya masih kesulitan untuk menyeimbangkan waktu. Kedua, aspek keseimbangan keterlibatan dari keenam pasang calon pengantin di atas mereka relatif. Ketiga, keseimbangan kepuasan dari keenam calon pengantin hanya satu calon pengantin yang belum ada pada taraf keseimbangan kepuasan. Dari hasil penelitian tersebut, maka bimbingan pra nikah di KUA Kecamatan Brebes tidak sepenuhnya dapat membantu calon pengantin untuk membentuk work-life balance, calon pengantin sudah relatif ada pada taraf keseimbangan bekerja meskipun tidak begitu paham dan tidak mengetahui secara spesifik tentang work-life balance dan indikator dari work-life balance. Alasan lain mengapa bimbingan pra nikah ini tidak dapat membentuk work-life balance adalah karena tidak adanya jadwal yang pasti terkait bimbingan pra nikah kelompok sebagai penujang bimbingan mandiri, kurangnya tenaga penyuluh serta durasi bimbingan mandiri pun menjadi faktor lain. Pendidikan calon pengantin yang sudah baik, gen Z yang rata-rata mereka punya sosial media yang secara tidak langsung sebagai bahan belajar sendiri, oraang tua yang tidak mendominasi akan adanya gender dalam keluarga sehingga anak tidak begitu mempermasalahkan mengenai peran dan tanggung jawab suami dan istri.