Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Kondisi resiliensi tunanetra non bawaan di ITMI Semarang, 2) Penerapan religious cyber guidance dalam membentuk resiliensi tunanetra non bawaan di ITMI Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data primer mencakup; ketua ITMI Semarang, pembimbing, pendamping keluarga anggota, dan tunanetra non bawaan yang aktif mengikuti kegiatan religious cyber guidance di ITMI Semarang. Sementara itu, sumber data sekunder bersumber dari dokumen yang berkaitan dengan organisasi ITMI Semarang. Teknik pengumpulan data meliputi teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis Miles dan Huberman yakni; data reduction, data display, dan verification.
Hasil penelitian ini yakni: 1) Kondisi resiliensi tunanetra non bawaan di ITMI Semarang dilihat dari tujuh aspek resiliensi, yakni Emotion regulation, ditandai dengan perasaan sensitif, mudah marah, dan tidak stabil. Control Impuls, adanya pikiran untuk mengakhiri hidup. Optimism, perasaan tidak berguna, dan tidak ada harapan akan masa depan, Causal analysis, perasaan menyangkal akan kondisi yang dialami. Empathy, sikap tidak berani untuk berinteraksi dengan lingkungan. Self efficacy, adanya kekhawatiran akan masa depan, dan ketakutan akan pemenuhan kebutuhan hidup. Reaching out, tidak dapat berpikir jernih, sehingga tidak mampu mengambil makna yang positif dari masalah yang menimpanya. 2) Penerapan religious cyber guidance dalam membentuk resiliensi tunanetra non bawaan di ITMI Semarang diterapkan dalam berbagai kegiatan bimbingan agama, di antaranya: Emotion regulation melalui pelatihan membaca Al-Quran braille, dan materi akidah dengan menekankan iman kepada Allah SWT. Impuls control melalui pemberian materi syariah berkaitan dengan ibadah dan muamalah. Optimism melalui materi akidah menekankan keyakinan kepada Allah SWT. Causal analysis melalui sharing pengalaman dalam menghadapi tekanan dan kesulitan dalam hidup. Empathy melalui materi akhlak mencakup akhlak madzmumah dan mahmudah. Self Efficacy melalui materi akidah menekankan keyakinan kepada Allah, dan qodo dan qodar Allah SWT. Reaching Out melalui materi akidah menekankan pada iman kepada Allah SWT, dan iman kepada qada dan qodar Allah SWT. Kegiatan bimbingan agama tersebut disampaikan oleh pembimbing agama dengan menggunakan metode mau’idzoh hasanah, ceramah, kisah, dan tanya jawab dengan bantuan media online telepon melalui WhatsApp, YouTube, dan Zoom Meeting.
Hasil menunjukkan bahwa religious cyber guidance mampu membentuk resiliensi ketiga subjek tunanetra non bawaan dilihat dari tujuh aspek resiliensi, di antaranya: Emotion regulation, sudah mampu mengekspresikan emosinya dengan tepat. Impuls control, tunanetra non bawaan mampu mengendalikan diri agar tidak terjerumus pada hal-hal yang dapat merugikan diri. Optimism, tunanetra non bawaan memiliki harapan yang akan masa depan, dan tujuan hidup lebih terarah. Causal analysis, tunanetra non bawaan mampu memahami tentang akar masalah yang dihadapinya karena mendapatkan pemahaman baru dalam menghadapi masalah menurut ajaran Islam. Empathy, tunanetra non bawaan mampu menunjukkan sikap kepedulian terhadap sesama penyandang disabilitas. Self Efficacy, tunanetra non bawaan memiliki keyakinan untuk bangkit dari keterpurukan. Reaching Out, tunanetra non bawaan mampu memaknai secara positif setiap masalah yang dihadapi.