Keyakinan bahwa penyalahgunaan narkoba adalah penyakit keluarga, menunjukan pentingnya intervensi pencegahan yang melibatkan berbagai lapisan pencegahan yang komprehensif dengan melibatkan keluarga/ orang tua. Program ketahanan keluarga anti narkoba menjadi salah satu upaya strategis dalam implementasi pelaksanaan program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika) yang dilaksanakan oleh BNN di seluruh Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana intervensi penyuluhan pada program ketahanan keluarga anti narkoba untuk membentuk soft skill anggota keluarga di BNN Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik validitas dan reliabilitas meliputi triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model deskriptif yaitu: pengumpulan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan intervensi penyuluhan pada program ketahanan keluarga anti narkoba untuk membentuk soft skill di BNN Provisi Jawa Tengah menggunakan metode langsung dengan pendekatan kelompok (group approach) dan pendekatan kognitif behavior. Media yang digunakan adalah media lisan, media cetak seperti spanduk, kartu, poster, flipchart, dan media terproyeksi. Adapun materi yang disampaikan antara lain: Sesi pertama fokus pada pengenalan karakter, baik dari sisi anak maupun orang tua, serta pemahaman mengenai fase-fase remaja. Sesi kedua membahas tentang pengenalan dan penanganan stres baik dari perspektif anak maupun orang tua, sesi ketiga yakni mengenali dan mengubah perilaku anak, nilai-nilai keluarga, dan sesi keempat yaitu berfokus pada mengurangi perilaku agresif anak dan membantu anak dalam menghadapi tekanan dari teman sebaya nya.
Intervensi penyuluhan pada program ketahanan keluarga anti narkoba mampu membentuk soft skill anggota keluarga. Soft skill tersebut yakni, keterampilan intrapersonal (keterampilan mengenai diri sendiri) dan keterampilan interpersonal (keterampilan membangun hubungan efektif dengan orang lain). Pada keterampilan intrapersonal, orangtua memiliki keterampilan berupa keterampilan pengasuhan dari yang sebelumnya baik menjadi lebih baik, keterampilan manajemen emosi, dari yang sebelumnya belum mampu mengatasi stres dan emosi dengan baik, menjadi lebih baik dan upaya perbaikan diri baik dalam mengubah perilaku dan kebiasaan negatif. Sedangkan pada anak yaitu keterampilan pengambilan keputusan sehingga anak dapat menyesuaikan diri juga mengenali situasi tekanan teman sebaya, manajemen emosi dan stres, sehingga anak dapat mengenali dan mengatasi stresnya dengan baik serta upaya perbaikan diri baik dalam mengubah perilaku dan kebiasaan negatif. Pada keterampilan interpersonal, anak dan orangtua sama-sama memiliki keterampilan berupa keterampilan komunikasi efektif, terbukti dari anggota keluarga yang menjadi lebih terbuka dan kedekatan yang tinggi dalam keluarga, keterampilan membangun relasi baik dalam keluarga maupun dalam lingkungan sosial lainnya, dan keterampilan kerjasama tim, sehingga anggota keluarga dapat bekerjasama dalam menghadapi masalah, saling mendukung untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam keluarga.