Bimbingan pra nikah dilakukan karena seseorang prajurit dan calon istrinya harus mempunyai pondasi yang kuat agar tetap saling mendukung dan mempertahankan rumah tangga. Karena, tidak sedikit pasangan calon yang mengalami kekhawatiran tentang apa yang terjadi dalam perkawinan. Mengingat bahwa tugas bela negara harus didahulukan, baru kemudian istri dan keluarganya. Semua istri prajurit harus siap di tinggal kapan saja untuk bertugas, dan harus siap menerima resiko apapun bahkan yang paling buruk sekalipun. Kegiatan ini sangat penting, setiap anggota harus disiplin dalam mengemban tugasnya sehingga seorang TNI harus ditunjang pula dari faktor keluarga yaitu kehidupan suami istri yang harmonis. Penelitian ini didasari oleh konsep kafa’ah sebagai materi bimbingan pra nikah pada pasangan TNI AL di LANAL Semarang. Pentingnya memahami konsep kafa’ah bagi kedua calon pasangan sangat membantu dalam kehidupan berkeluarga diantara keduanya.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Sumber data pada penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Uji keabsahan data penelitian ini menggunakan triangulasi data yakni triangulasi sumber dan triangulasi teknik serta checking data. Adapun tahapan analisis data penelitian ini menggunakan analisis menurut Miles dan Huberman yaitu: reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep kafa’ah memiliki peran sentral dalam proses bimbingan pra nikah di MAKO LANAL Semarang. Dalam konteks pernikahan, terdapat 5 (lima) kriteria kafa’ah: Pertama, kriteria agama meskipun pandangan narasumber bervariasi, mayoritas menekankan pentingnya kesesuaian agama sebagai prioritas utama, dengan penekanan pada komunikasi dan kejujuran. Kedua, kriteria nasab dan kesesuaian moral juga dianggap penting dalam memilih pasangan. Ketiga, kesesuaian dalam pekerjaan atau profesi juga diperhatikan, walaupun dalam lingkungan militer, aturan hirarki tetap menjadi pertimbangan. Keempat, kriteria merdeka calon pasangan TNI AL menekankan pentingnya kesesuaian dalam semua aspek kehidupan, komunikasi, dan manajemen. Kelima, tidak cacat juga ditekankan, terutama dalam konteks institusi seperti TNI Angkatan Laut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsep kafa’ah dalam konteks pernikahan memiliki implikasi yang signifikan terhadap pemilihan pasangan hidup dalam masyarakat, terutama dalam komunitas TNI Angkatan Laut. Pendekatan menggunakan konsep kafa’ah disambut baik oleh para calon pengantin, yang menyadari pentingnya memilih pasangan yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dijunjung tinggi dalam kehidupan berumah tangga.