Penyalahgunaan napza yang sampai pada akhirnya akan mengalami ketergantungan serta berdampak yang buruk bagi dirinya sendiri. Kondisi korban penyalahgunaan napza tentunya sangat terpuruk secara jasmani, fisik, rohani dan psikologis. Problem penyalahguna napza ini perlu diberikan konseling individu serta motivasi kepada mereka sebagai upaya pemulihan korban penyalahgunaan napza.
Penelitian ini bertujuan untuk menekan rasio penyalahgunaan napza atau mengendalikan bisa menyadarkan klien serta pulih sehingga tidak mengonsumsi narkoba lagi dan pulih secara psikologis dan mengetahui bagaimana pelaksanaan konseling individu dalam upaya pemulihan korban penyalahgunaan napza. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitataif dengan model pembahasan deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik keabsahan data meliputi triangulasi sumber dan triangulasi teknik, teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi.
Hasil dari penelitian ini 1) Kondisi pemulihan korban penyalahgunaan napza Pada aspek kondisi fisik, pertama klien mengalami eye contact ketika diajak berkomunikasi, kedua mengalami kaki gemetar karena faktor dosis penggunaan yang tinggi sehingga berdampak kondisi fisik yang memburuk. aspek psikologis adanya perubahan perilaku dari dalam diri klien hal ini terlihat klien pertama sudah dapat mengontrol atau mengendalikan emosi yang sebelumnya mudah emosi dan marah. Kedua dukungan dan support dari keluarga sangat berpengaruh pada pemulihan korban penyalahguna napza. Ketiga dapat mengontrol diri dan mulai mengenali dirinya sendiri sehingga sudah tau trigger ketika melakukan suatu hal lebih berfikir pada akibat setelahnya. 2) Pelaksanaan konseling individu dalam upaya pemulihan korban penyalahguna napza. Konseling individu yaitu tahap pertama memberikan motivasi pada klien yang mengalami problematika dan menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien nyaman dan terbuka dalam bercerita. Pada tahap pertengahan ini, klien sudah mulai mengetahui solusi dari permasalahannya, dukungan dari keluarga menjadi hal terpenting yang bisa membantu klien selama pemulihan berlangsung, dan tahap akhir (tindak lanjut), evaluasi dilakukan setelah kegiatan konseling individu mau berakhir, yang dimana konselor melaksanakan rencana tindak lanjut dengan adanya follow up dari konseling individu pada tahap bina lanjut dengan adanya pendampingan dan pematauan yang dilakukan dalam upaya pemulihan klien tetap terjaga. Tujuan konseling individu dalam proses membantu pemulihan korban napza berhasil sesuai tujuannya membantu klien mengidentifikasi masalah yang dialami. Hal ini terbukti adanya perubahan perilaku dari kondisi fisik yang mengalami eye contact dan kaki gemetar menjadi lebih baik, kondisi psikologis mudah marah dan emosi menjadi lebih dapat untuk mengontrol emosi. Pada proses konseling yang paling berpengaruh pada pemulihan klien penyalahguna napza ada pada teknik cognitive behavioral therapy, motivational interviewing dan support dari keluarga.