Penyalahgunaan narkoba merupakan hal yang menghawatirkan sampai sekarang ini. Permasalahan yang peneliti temui di lapangan ketika penyalahguna narkoba menjalani proses rehabilitasi mendapatkan masalah yang berhubungan dengan aspek motivasi. Permasalahan yang dialami klien dalam menjalani rehabilitasi untuk mendapatkan motivasi pulih yaitu kurangnya kepercayaan diri dalam menjalin komunikasi dengan sesama penyalahguna narkoba di pondok rehabilitasi. Walaupun sesama penyalahguna narkoba di pondok rehabilitasi merupakan pemberi dukungan yang paling dekat ketika sedang melakukan proses pemulihan, karena intensitas interaksi antara sesama penyalahguna narkoba lebih besar dibanding dengan pihak lain seperti keluarga dan kerabat.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjelaskan upaya motivasi pemulihan dari penyalahgunaan narkoba melalui peer counseling (konseling sebaya). Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Subjek penelitian ini terdiri dari 2 santri penyalahguna narkoba, 2 konselor, dan 1 pengasuh pondok rehabilitasi. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa pertama, kondisi motivasi pada santri pada proses awal rehablitasi secara fisik mengalami gangguan pencernaan, secara emosi mudah meledak-ledak, dampak secara perilaku santri lebih banyak beraktivitas serta dampak secara sosial santri menghindari kontak sosial. Proses kepulihan didorong oleh dirinya sendiri (motivasi intrinsik) seperti dalam aspek motivasi menggerakkan, teman yang sedang menjalani proses rehabilitasi (motivasi ekstrinsik) untuk mengarahkan, selanjutnya lingkungan (motivasi ekstrinsik) untuk menopang kepulihan dari penyalahgunaan narkoba. Kedua, upaya dari pondok guna menumbuhkan motivasi pulih melalui peer counseling yaitu memberikan fasilitas yang cukup untuk menopang proses pemulihan santri, memberikan kesempatan kepada santri untuk dapat menjadi konselor sebaya, dan mendatangkan santri yang sudah pulih dalam kegiatan tertentu di pondok. Hasil kegiatan peer counseling (konseling sebaya) di pondok rehabilitasi mampu meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik untuk segera mencapai kepulihan. Masuknya santri di pondok rehabilitasi menjadikan santri dapat berkomunikasi dengan baik, dapat mengontrol emosi serta mulai tekun dalam menjalankan ibadah. Dengan mengikuti kegiatan peer counseling yang dikemas dengan suasana santai membuat santri lebih nyaman dan mampu menerima masukan dengan baik. Sehingga menghasilkan perubahan perilaku santri menjadi lebih baik, serta dengan mengikuti peer counseling meningkatkan motivasi pulih di diri santri lebih kuat.