Keluarga sakinah merupakan impian setiap pasangan suami istri. Namun, dalam kehidupan nyata, banyak keluarga yang mengalami permasalahan mulai dari kurangnya pemahaman akan esensi, hak, dan kewajiban dalam pernikahan hingga perselisihan, perbedaan pendapat, kekerasan dalam rumah tangga, yang sering berujung pada perceraian. Penyuluh agama memiliki tanggungjawab penting untuk membimbing dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang agama, khususnya dalam hal membina keluarga sakinah. Penting bagi penyuluh agama untuk memahami dan menguasai strategi komunikasi dalam pembinaan keluarga sakinah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi yang digunakan oleh penyuluh agama dalam pembinaan keluarga sakinah pada KUA Kecamatan, Todanan Kabupaten Blora. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dengan menggunakan sumber data sekunder dan data primer.Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data meliputi triangulası sumber dan triangulasi teknik. Tenik analisis data meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan data kesimpulan/verifikasi (verification).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: strategi komunikasi penyuluh agama dalam pembinaan keluarga sakinah pada KUA Kecamatan Todanan dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua bentuk, yaitu konseling keluarga, bertujuan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah dalam rumah tangga, serta bimbingan perkawinan, bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan tentang pernikahan dan kehidupan berkeluarga bagi pasangan calon pengantin. Adapun tahapan-tahapan penyusunan strategi komunikasi yang dilakukan penyuluh agama, yaitu: pemilihan dan penetapan komunikator, penetapan target atau sasaran, penggunaan komunikasi yang efektif, penyusunan pesan, pemilihan media, dan evaluasi. Adapun faktor pendukung dalam pembinaan keluarga sakinah, yaitu: adanya dukungan dari pemerintah, adanya anggaran dana, sarana dan prasarana yang memadai saat berlangsungnya pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga sakinah, kemampuan dan keahlian penyuluh agama, dan konsistensi pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah, yaitu: adanya keterbatasan waktu dan ada calon pengantin yang kesulitan untuk mendapatkan izin karena terikat pekerjaan.