Konflik perkawinan dapat dipahami sebagai pertentangan suami istri yang muncul sebagai hasil dari perbedaan pendapat, nilai, kebiasaan, dan harapan dalam berbagai aspek kehidupan rumah tangga. Konflik yang terjadi dalam sebuah perkawinan tidak dapat dibiarkan terus terjadi. Hal tersebut perlu adanya upaya dalam mengatasi konflik yang terjadi agar dampak negative yang ditimbulkan dari terjadinya konflik dapat dihindari. Konflik perkawinan sering kali digambarkan dalam sebuah film. Salah satunya pada film Noktah Merah Perkawinan 2022. Film ini menggambarkan perjalanan emosional sepasang suami istri dalam menghadapi konflik perkawinan, pada film ini menggambarkan realitas kehidupan masyarakat, karena konflik tidak dapat dihindari, termasuk dalam kehidupan rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana Representasi Konflik Perkawinan pada Film Noktah Merah Perkawinan. 2) Bagaimana Solusi Menangani Konflik Perkawinan Melalui Marriage Counseling pada Film Noktah Merah Perkawinan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis semiotika “The Codes of Television” oleh John Fiske. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dengan metode simak, catat dimana terdapat dua level tersebut yaitu: 1) Level realitas, 2) Level representasi. Objek dalam penelitian ini adalah film Noktah Merah Perkawinan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, representasi konflik perkawinan terlihat dalam empat aspek yaitu kesepian, dalam hal ini tergambar melalui Ambar yang yang merasa sendirian dan tanpa dukungan. Selanjutnya, persepsi yang salah, yang terlihat dari dari kesalahpahaman dan asumsi negatif antar pasangan. Aspek komunikasi yang kurang, terlihat melalui pengambilan keputusan sepihak, ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan dan pandangan, serta kurangnya transparansi dan keterlibatan dalam hubungan. Dan Kehilangan perspektif, dalam hal ini terlihat adanya mengabaikan momen kebersamaan dan hal-hal yang membuat mereka bahagia sebelumnya. Kedua, solusi menangani konflik perkawinan melalui marriage counseling terdapat tiga tahapan yaitu tahapan pertama dengan menciptakan hubungan (relating), konselor mengajak pasangan untuk berbicara secara terbuka tentang perasaan, kebutuhan, dan masalah yang mereka hadapi tanpa penghakiman. Tahapan kedua, understanding, terlihat konselor berusaha menggali lebih dalam latar belakang permasalahan dan memahami pandangan masing-masing klien. Tahap ketiga, perubahan (changing), terjadi perubahan pada diri klien dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Selain itu, ditemukan pola marriage counseling dalam penelitian ini, yaitu terdapat teori pendekatan rasional-emotif (disputing irrational beliefs) berupa tindakan terapi untuk menjadikan perubahan pikiran dan perasaan dari irrasional menjadi rasional.