Dalam menafsirkan dan menerjemahkan teks-teks al-Qur’an, KH. Misbah Musthofa menggunakan bahasa lokal dalam tafsirnya al-Ikli>l Fi Ma’a>ni al-Tanzi>l. Dalam tafsirnya KH. Misbah Musthofa menggunakan bahasa Jawa dengan huruf Arab atau dikenal dengan istilah aksara Arab-Pegon dengan gaya berpikir logisnya. Penggunaan bahasa khas lokal dengan menerapkan penulisan Arab-Pegon dalam tafsir al-Ikli>l Fi Ma’a>ni al-Tanzi>l. karya KH. Misbah Musthofa yang menarik untuk diteiti, sehingga penelitiaan ini menggunakan rumusan masalah: pertama, bagaimana bentuk-bentuk vernakularisasi dalam QS.al-Hujurat pada tafsir al-Ikli>l Fi> Ma’a>ni al-Tanzi>l dari segi bahasanya. Kedua, bagaimana relevansi vernakularisasi qs. al-Hujurat dalam tafsir al-Iklil dengan masyarakat Bangilan, Tuban. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian library research, yaitu data-data yang digunakan diambil dari buku, jurnal, artikel, skripsi terdahulu ataupun penelitian ilmiah. Analisis yang digunakan yaitu deskriptif-analitis, gunanya untuk mendeskripsikan latar belakang KH. Misbah Musthofa dan tafsir al-Ikli>l Fi> Ma>’ani al-Tanzi>l. Secara analisis, penelitian ini menemukan dan menjelasan tentang vernakularisasi dalam tafsir al-Iklil berdasarkan makna gandul dan penjelasan dalam penafsirannya, sehingga dapat menemukan vernakularisasi dalam tafsir al iklil sesuai konteks yang melingkupinya.
Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan dengan keseluruuhan bahwa pertama, vernakularisasi dari segi bahasa dapat dilihat dengan tiga aspek, diantaranya (1) serapan bahasa Arab, seperti yang terdapat dari beberapa ayat seperti kata fasik, kufur, mukmin, z}alim dan tobat. (2) tatakrama bahasa, secara umum tatakrama bahasa dalam bahasa Jawa terdapat tahapan yang terkenal dengan bahasa ngoko, bahasa madya, dan bahasa krama, hal ini selaras dengan tafsir al-Iklil yang menggunakan tingkatan bahasa tersebut, seperti siro, niro, nuli, pitudhuh, niti-niti, andingini, midanget, ngudaneni, tumindhak, matur, kulo, suwanten, ngarsane, lirih, sare, wungu, arto, tindak-tanduk dan perso. (3) bahasa khas lokal, merupakan bahasa khas yang dimiliki masyarakat lokal, seperti lebur, getun, ngino-ngino,nyacat, gething dan ngundat-ngundat. Vernakularisasi ini secara umum mengungkapkan tentang bahasa lokalitas yang terjadi di masyarakat Jawa khususnya daerah pesisir pantai utara.
Kedua, adapun relevansi vernakularisasi QS.al-Hujurat dalam kitab tafsir al-Iklil dengan budaya masyarakat Bangilan Tuban dengan melakukan pembahasa lokalan dalam tafsirnya tersebut merupakan bentuk usaha membumikan al-Qur’an dengan mengaitkan unsur-unsur budaya dan tradisi masyarakat yang menjadi sasarannya. Dialektika antara bahasa khas lokal Jawa dengan Al-Qur’an sebagai media penafsiran Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa Jawa dengan huruf Arab (aksara pegon) untuk mempermudah pembaca dan mengakses pemahaman-pemahaman al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab.