Perjuangan politik kewarganegaraan masyarakat dalam mendapatkan air bersih di Desa Pranti, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang memjadi isu menarik untuk dikaji. Masyarakat Desa Pranti dihadapkam oleh permasalahan kurangnya ketersediaan air bersih ketika musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya sumber mata air di Desa Pranti sehingga sumber air baku masyarakat hanya berasal dari air sungai dan embung. Pemenuhan air bersih dari pemerintah ke masyarakat dalam bentuk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), kenyataannya tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat akibat tidak adanya sumber air baku. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan berbagai bentuk ketimpangan yang dirasakan oleh masyarakat Desa Pranti, bentuk perjuangan masyarakat untuk mendapatkan air bersih, serta dampak perjuangan masyarakat terhadap pemenuhan air bersih.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dalam teknik pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara, observasi serta dokumentasi yang dilaksanakan di Desa Pranti Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori politik kewarganegaraan oleh Kristian Stokke. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa pranti mengalami ketimpangan hak, ketimpangan politik, dan ketimpangan sosial. Maasyarakat berinisiatif pengelolaan air bersih sederhana dengan pembuatan bilik di pinggir bibir sungai yang dilakukan secara swadaya, menimbulkan adanya hak serta menarik keterlibatan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan hak atas air. Adanya pemutusan akses air bersih secara sepihak oleh PAB milik Pak Budi yang dikarenakan adanya ketegangan politik. Kelangkaan air bersih akibat kurangnya ketersediaan air dan kurangnya bantuan air dari pemerintah. Bentuk perjuangan untuk mengatasi hal tersebut yaitu ngangsu atau menimba air, pengelolaan air bersih sederhana, mengajukan proposal bantuan droping air, membeli air bersih melalui perantara air (water broker). Sedangkan dampak dari bentuk perjuangan tersebut yakni terpenuhinya kebutuhan air dan kemudahan akses pemenuhan air bersih melalui sistem pengelolaan air bersih sederhana.

ABSTRACT:
The civic political struggle of the community in getting clean water in Pranti Village, Sulang District, Rembang Regency is an interesting issue to study. The people of Pranti Village are faced with the problem of lack of clean water availability during the dry season. This is caused by the absence of springs in Pranti Village so that the community's raw water source only comes from river water and reservoirs. Fulfillment of clean water from the government to the community in the form of a Drinking Water Supply System (SPAM), in reality cannot meet the community's clean water needs due to the absence of raw water sources. Therefore, this research aims to describe the various forms of inequality felt by the people of Pranti Village, the forms of the community's struggle to get clean water, and the impact of the community's struggle on providing clean water.
This research uses a qualitative method with a case study approach. The data collection technique was carried out through interviews, observation and documentation methods carried out in Pranti Village, Sulang District, Rembang Regency. Meanwhile, the theory used in this research is the political theory of citizenship by Kristian Stokke. The results of this research show that the people of Pranti Village experience inequality of rights, political inequality and social inequality. The community took the initiative to manage simple clean water by building booths on the edge of the river which was carried out independently, creating rights and attracting government involvement to fulfill the need for water rights. There was a unilateral termination of access to clean water by Pak Budi's PAB due to political tensions. The scarcity of clean water is due to lack of water availability and lack of water assistance from the government. Forms of struggle to overcome this include collecting water, simple clean water management, submitting proposals for water drop assistance, buying clean water through water brokers. Meanwhile, the impact of this form of struggle is the fulfillment of water needs and easy access to clean water through a simple clean water management system.