Pada beberapa tahun terkahir, Jawa tengah menjadi provinsi dengan pengumpulan dana zakat tertinggi di Indonesia. Potensi dana zakat yang besar tentunya dapat
dimanfaatkan sebagai instrument dalam pengentasan kemiskinan. BAZNAS Kota Semarang mempunyai potensi zakat produktif yang besar namun dalam implementasi program hanya satu program yang dikategorikan sebagai program zakat produktif dari Panca Program, sedangkan presentase dari distribusi zakat produktif dan non produktif adalah 50%-50%. Maka dari itu , Peneliti mempunyai tujuan untuk mengetahui peran BAZNAS sebagai lembaga pemberdayaan khusunya pemberdayaan musathik. Untuk mengetahui hal tersebut, Peneliti menggunakan Teori Technical Assistance untuk mengetahui implementasi dari pemberdayaan mustahik oelh BAZNAS Kota Semarang. Peneliti menggunakan metode penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Penulis menggunakan Teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan beberapa pihak terkait diantaranya staff ahli Baznas, Relawan Baznas, serta mustahik program zakat produktif Baznas Kota Semarang. Hasil dari penelitian ditemukan strategi pendistribusian zakat produktif yang dilakukan oleh Baznas belum terarah dan terencana. Hasil dari penilaian indikator sumber daya Technical Assistance yang terdiri dari Legislation, Administration, Education, Collaborator, dan Consultant aspek hanya aspek education yang belum tercapai sepenuhnya. Rekomendasi untuk Pihak BAZNAS agar membuat rencana terstruktur dalam program zakat produktif, penekanan pada aspek edukasi bagi mustahik untuk keberlanjutan program zakat produktif disesuaikan dengan kebutuhan edukasi mustahik serta pengembangan zakat produktif secara lebih luas.