Tradisi nyadran di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang merupakan bentuk budaya yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat melalui sedekah atau pelarungan sesaji ke tengah laut. Selain itu, tradisi nyadran sebagai bentuk pelestarian warisan nenek moyang yang dilakukan setiap satu tahun sekali pada bulan suro (Muharram). Keunikan tradisi ini yakni diikuti bukan hanya masyarakat muslim, tetapi juga umat Kristiani, meskipun cara berdo’a tidak sama, tetapi mereka tetap dapat berdampingan berdo’a bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing. Masyarakat Sidorejo menganggap bahwa keberadaan tradisi nyadran dapat menciptakan rasa persaudaraan dan toleransi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosesi, makna dan nilai-nilai tradisi nyadran di Desa Sidorejo. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi perspektif Edmund Husserl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna tradisi nyadran di Desa Sidorejo adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan melalui hasil laut. Tradisi ini tidak hanya sekedar tindakan memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial, kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama. Selain aspek keagamaan dan kelestarian lingkungan, tradisi nyadran juga mencerminkan solidaritas antar anggota masyarakat, sehingga dapat terjalin hubungan kekeluargaan serta saling mendukung antar warga yang dapat menguatkan ikatan sosial bagi masyarakat pesisir.