Kekhawatiran menjadi salah satu masalah krusial yang banyak dihadapi manusia, karena ketidaksesuaian antara realita dengan kenyataan yang penuh tuntutan sehingga menimbulkan problema yang semakin kompleks. Dengan demikian, peneliti tertarik meneliti topik kekhawatiran ini dengan menggunakan pandangan Said Nursi untuk menemukan perspektif baru dengan kekhasan dalam penafsirannya, disamping itu Said Nursi juga sebagai sosok mufassir pembaharu yang mengelaborasikan ilmu agama dan sains sehingga sangat relevan dengan kondisi saat ini, sebagaimana yang dibutuhkan untuk mengembalikan akidah dan keimanan dengan konsep atau ide yang mempelopori sebagai muslim sejati. Adapun penelitian ini memfokuskan pada aspek penafsiran Badiuzzaman Said Nursi terhadap QS. Al-Anbiyā' ayat 83 tentang kekhawatiran pada kasus Nabi Ayyub, dan aspek relevansi penafsiran Said Nursi dengan penanganan kekhawatiran manusia secara umum. Penelitian ini bersifat studi kepustakaan (library research) dengan metode deskkriptif-analisis, sumber primer dari karya Badiuzzaman Said Nursi dalam kitab fenomenalnya Risalah Nur yang dikhususkan pada kitab Al-Lama’āt, kemudian sumber sekunder dari literatur yang mengkaji pemikiran Said Nursi baik dari buku-buku, artikel, tulisan ilmiah, dan literatur lainnya. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Said Nursi menafsirkan QS. Al-Anbiyā' ayat 83 dengan mengaitkan kisah Nabi Ayyub sebagai penegasan bahwa penyakit atau luka yang diderita Nabi Ayyub sifatnya sementara, sedangkan manusia saat ini lebih parah dengan penyakit yang menggerogoti hatinya disebabkan oleh perkara-perkara syubhat sehingga perasaan yang mendominasi adalah was-was (cemas), hal demikian menjadikan hatinya jauh dari ketenangan. Said Nursi kemudian, menambahkan bahwa berbagai musibah yang dihadapi merupakan manifestasi dari Asma Allah SWT dengan mengkontekstualisasikan konsep takdir sehingga memandang musibah sebagai anugerah dari Allah SWT, dan juga sakit yang ditimpakan merupakan penggugur dosa. Said Nursi menganggap bahwa suatu penganiayaan pada diri sendiri jika terbelenggu dengan perkara yang sudah terjadi atau terlalu memfokuskan diri dengan kekhawatiran yang berlebihan pada masa depan. Penanganan yang diberikan Said Nursi selaras dengan bagaimana mengatasi kekhawatiran manusia secara umum, terlihat bagaimana penafsirannya mengaktualisasikan ilmu agama dan psikologi dengan mengedepankan pola pikir (mindset) dalam menghadapi masalah khususnya kekhawatiran. Hal yang paling mendasar, kemudian bagaimana Said Nursi menjadikan kisah Nabi Ayyub sebagai pelajaran untuk menyikapi persoalan hidup dengan mengingat kembali tujuan hidup sebagai seorang hamba dan menyadari bahwa manusia memiliki keterbatasan sehingga berbagai problema yang dihadapi sebenarnya teguran kasih sayang Allah SWT agar tidak lalai dengan dunia yang fana ini. Dengan cara pandang hidup yang demikian, tentu menjadi solusi menangani kekhawatiran yang berlebih.