Maraknya konflik etnis di Jawa Tengah mengakibatkan timbulnya kekerasan dan permusuhan antar etnis. Untuk menanggulangi terjadinya problematika tersebut dapat diminimalisir dengan hadirnya kearifan lokal. Salah satu kearifan lokal yang eksis di Jawa Tengah adalah tradisi Warak Ngendog di Kota Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perjumpaan tradisi Jawa, Cina dan Islam dalam tradisi Warak Ngendog serta mengetahui simbol harmonisasi dari tradisi Warak Ngendog di kota Semarang dalam tinjauan teori perdamaian Johan Galtung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada awal mula perjumpaan tradisi Jawa, Cina dan Islam dalam tradisi Warak Ngendog ditemukan pada saat proses kegiatan berdagang yang dapat menumbuhkan hubungan harmonis antar ketiga etnis. Kemudian, pada simbol Warak Ngendog yang menjadi padoman bagi masing-masing etnis untuk meningkatkan eksistensi perdamaian. Lalu, harmonisasi dalam tradisi Warak Ngendog di kota Semarang dalam perspektif perdamaian Johan Galtung dibagi dalam 3 aspek yaitu Kultural, Struktural dan Tindakan. Aspek kultural terdiri dari simbol Warak Ngendog, pertunjukan Barongsai dan kirab antar etnis. Sedangkan, aspek struktural meliputi hadirnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Semarang yang memfasilitasi pelaksanaan tradisi atau budaya serta, pelibatan beberapa Klenteng di Semarang. Kemudian, aspek tindakan dilakukan dengan cara membagi roti ganjel rel dan melibatkan pedagang lintas etnis dalam pasar malam Dugder.