Diantara nikmat yang dianugerahkan kepada manusia adalah mata, didalamnya
terkandung kebaikan dan keburukan. Ia merupakan sebab dari banyak
permasalahan manusia. Zina mata merupakan pintu yang mengantar pada zina-zina
lainnya dan puncaknya adalah zina kemaluan, sebagaimana banyak terjadi
pelecehan dan kekerasan seksual. Sejak diturunkannya, al-Qur’an sudah
memperingati untuk tidak mendekati zina bentuk apapun itu dan memberikan solusi
pencegahannya yang tertulis dalam an-Nur ayat 30-31, yaitu dengan gad}d} al-bas}ar.
Namun tampaknya ada kesalahpahaman dalam memahami sehingga muslim terbagi
menjadi dua kubu yang berlawanan dan saling menyalahkan.
Penelitian ini bertujuan mengkaji ulang maksud tersembunyi ayat tersebut dengan
menggali dimensi maqa>s}idiyah dan mencari relevansinya dengan kasus-kasus
dalam konteks masa kini serta cara pengaplikasiannya. Melalui penelitian kualitatif
yang bersifat studi kepustakaan (library research), dan merujuk pada kitab-kitab
tafsir baik klasik, modern maupun lokal. Fokus penelitian adalah surah an-Nur ayat
30-31 dengan pendekatan tafsi>r maqa>s}idi> oleh Abdul Mustaqim.
Hasil penelitian dengan tafsi>r maqa>s}hidi>, ayat yang dimaksud memuat nilai-nilai
fundamental al-Qur’an, antara lain, nilai kesetaraan, kemanusiaan, moderasi dan
tanggung jawab. Terungkap juga aspek-aspek maqashid yang terkandung yaitu hif}z
al-di>n, hifz} al-‘aql, dan hifz} al-nasl. Sehingga ayat ini memiliki relevansi dengan
tujuan al-Qur’an dalam menciptakan kesejahteraan sosial (sebagai tindakan
preventif terhadap kekerasan seksual dan langkah meninggalkan budaya patriarki
rape culture), sekaligus mencakup kesejahteraan intelektual (menggunakan mata
sebagai sarana belajar untuk memenuhi kebutuhan perkembangan rasional, jasmani
dan rohani) dan kesejahteraan emosi/psikis (terpenuhinya rasa aman serta rasa
saling menghormati dan menghargai). Adapun untuk pengaplikasiaannya adalah
dengan megadopsi teori “Trikotomi Kendali” dari Filosofi Teras. Dengan
memahami: 1) hal-hal yang berada di bawah kendali kita sepenuhnya, 2) hal-hal
yang berada diluar kendali kita, 3) hal-hal yang sebagian bisa kita kendalikan dan
berfokus pada kategori satu sebagai pedoman dalam menentukan sikap.