Komparasi penafsiran ayat-ayat poligami perspektif Fakhruddin Ar-Razi dan Muhammad Abduh (Q.S An-Nisā’Ayat 3 dan 129)
Indriani, Diana (2023) Komparasi penafsiran ayat-ayat poligami perspektif Fakhruddin Ar-Razi dan Muhammad Abduh (Q.S An-Nisā’Ayat 3 dan 129). Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
![[thumbnail of Skripsi_1904026099_Diana_Indriani]](https://eprints.walisongo.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
1904026099_Diana Indriani_ Full Skripsi - Diana indriani.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (1MB)
Abstract
Poligami merupakan isu agama dan sosial yang sangat ramai pada saat ini untuk dibahas ialah poligami dengan berbagai perbedaan pendapat, yang di dalamnya memperlihatkan pemikiran yang terus berkembang. Dari perkembangan itulah terlihat bahwa mereka menghadapi perubahan sosial yang terus bergerak. Banyak pendapat yang mengatakan diperbolehkannya poligami dan ada pula yang mengatakan poligami tidaklah diperbolehkan. Hal ini mendorong peneliti untuk menganalisis persoalan poligami dari perspektif Fakhruddin Ar-Razi dan Muhammad Abduh. Pada penelitian ini penulis sendiri menitik beratkan penelitian ini pada dua rumusan masalah, yaitu terkait bagaimana poligami menurut perspektif Fakhruddin Ar-Razi dan Muhammad Abduh, dan apa saja persamaan perbedaannya.
Metode penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan sumber data kajian kepustakaan (library research) dan sumber utama yaitu kitab Tafṣir al-Manār dan kitab Tafṣir Mafātiḥ al-Ghaib yang kemudian data keduanya dianalisis dengan teknik deskriptis analisis.
Berdasarkan pada penelitian ini menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, terkait pada penafsiran Fakhruddin Ar-Razi dan Muhammad Abduh mengenai ayat poligami, menurut Fakhruddin Ar-Razi monogami lebih baik apabila seorang suami tidak dapat berbuat adil dalam menafkahi istri-istrinya, dan hanya dibolehkan untuk laki-laki yang merdeka tidaklah budak. Sedangkan Muhammad Abduh mengatakan bahwa poligami diperbolehkan dengan syarat yang sulit direalisasikan, yakni berlaku adil dan hanya diperbolehkan dalam keadaan darurat saja dan mampu berbuat adil. Jika seorang suami tidak dapat berbuat adil maka poligami ini bisa menjadi haram hukumnya. Dengan demikian dapat kita ketahui perbedaan pada penafsiran ayat-ayat poligami yang dituliskan oleh kedua tokoh tersebut. kedua, keduanya sama-sama menekankan pentingnya sebuah keadilan dan perlakuan yang adil dalam poligami. Adapun perbedaanya yakni pada makna adil disini menurut Fakhruddin Ar-Razi ialah keadilan cinta. Sedangkan dalam penafsiran Muhammad Abduh penjelasan adil disini ialah berupa sebuah materi seperti halnya yakni memberikan sandang, pangan, dan nafkah, bukanlah adil dalam cinta dan kasih sayang.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Poligami; al-Manār; Mafātiḥ al-Ghaib. |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.12 Al-Quran and Hadith > 297.122 Al-Quran > 297.1226 Interpretation and Criticism |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76231 - Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Bahrul Ulumi |
Date Deposited: | 14 May 2025 02:58 |
Last Modified: | 14 May 2025 02:58 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/26386 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year