Angkutan perkotaan atau angkot merupakan armada pemindahan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan bertenaga mesin yang disediakan oleh pemerintah, swasta, atau pribadi, dan tersedia untuk umum. Dalam era digital angkot seringkali mengalami hambatan-hambatan yang mengganggu sumber pendapatan keluarga. Konsep strategi bertahan hidup hadir atas hambatan yang dialami supir angkot. Strategi bertahan hidup merupakan sebuah langkah alternatif yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok demi mempertahankan ekonomi subsistensinya. Adapun rincian permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah strategi bertahan hidup supir angkot Kota Semarang dalam era digital yang dilihat dari kacamata Sosiologi dengan teori strategi bertahan hidup Jamess C. Scott.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Sumber data dalam penelitian terdapat dua sumber antara lain sumber data primer dan sekunder. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam prosesnya, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan dua jenis supir angkot dengan trayek di Kota Semarang yang berbeda yaitu supir angkot trayek Mangkang-Johar dan Johar-Perum Klipang Tembalang. Peneliti juga melakukan wawancara dengan enam orang supir angkot di Kota Semarang. Adapun data yang telah diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan analisis data induktif melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dalam penelitian ini menunjukan adanya dinamika hambatan supir angkot dalam era digital dan strategi bertahan hidup supir angkot dalam era digital khususnya para supir angkot di Kota Semarang. Hambatan-hambatan yang dialami supir angkot Kota Semarang dalam era digital meliputi kondisi armada dan mutu pelayanan yang belum memadai, kondisi kesehatan supir, tingkat pendidikan serta keterampilan teknologi, hadirnya transportasi alternatif, biaya operasional tinggi regulasi ketat dan kurangnya dukungan pemerintah dan kemacetan serta infrastruktur yang kurang baik. Adapun strategi bertahan hidup yang ditempuh supir angkot meliputi 3 strategi yaitu mengikat sabuk lebih kencang dengan cara mengurangi kandungan gizi makanan, menekan biaya rokok, dan pengoptimalan sumber daya yang dimiliki. Alternatif subsistensi atau swadaya yang ditempuh dengan cara melakukan pekerjaan sampingan dan diversifikasi layanan. Strategi jaringan sosial yang digunakan dengan membangun solidaritas antar supir, kerja sama dengan komunitas lokal dan adanya relasi patron klien.

ABSTRACT:
Urban transportation or angkot is a fleet of moving people from one place to another using engine-powered vehicles provided by the government, private sector or privately owned, and available to the public. In the digital era, public transportation often experiences obstacles that disrupt family income sources. The concept of survival strategies arises from the obstacles experienced by public transportation drivers. A survival strategy is an alternative step taken by individuals or groups to maintain their subsistence economy. The details of the problems revealed in this research are the survival strategies of Semarang City public transportation drivers in the digital era as seen from the perspective of Sociology using Jamess C. Scott's theory of survival strategies.
This research uses a qualitative method with a descriptive approach. This type of research is field research. There are two sources of data in research, including primary and secondary data sources. The data collection techniques used were observation, interviews and documentation. In the process, researchers conducted in-depth interviews with two types of public transportation drivers with different routes in Semarang City, namely public transportation drivers for the Mangkang-Johar and Johar-Perum Klipang Tembalang routes. Researchers also conducted interviews with six public transportation drivers in Semarang City. The data obtained from this research was analyzed using inductive data analysis through the stages of data reduction, data presentation, and drawing conclusions.
The results of this research show the dynamics of obstacles to public transportation drivers in the digital era and the survival strategies of public transportation drivers in the digital era, especially public transportation drivers in Semarang City. The obstacles experienced by Semarang City public transportation drivers in the digital era include inadequate fleet conditions and service quality, driver health conditions, level of education and technological skills, the presence of alternative transportation, high operational costs, strict regulations and lack of government support and traffic jams and poor infrastructure. not good. The survival strategies adopted by public transportation drivers include 3 strategies, namely tying the belt tighter by reducing the nutritional content of food, reducing cigarette costs, and optimizing existing resources. Alternative subsistence or self-sufficiency is achieved by doing side jobs and diversifying services. The social network strategy used is to build solidarity between drivers, collaboration with local communities and patron-client relationships.