Lembaga keuangan syariah memiliki kegiatan penting dalam hal penyaluran dana dan pembiayaan investasi. Manajemen sebagai pelaksana kegiatan harus mampu mengatasi kegiatan lembaga keuangan agar tetap berjalan efektif dan efisien. Disamping itu tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian sumber pendapatan lembaga keuangan berasal dari usaha penyaluran pembiayaan yang diberikan kepada debitur. Di dalam pemberian pembiayaan yang dilakukan lembaga keuangan kepada debitur dalam pelunasan dana pembayaran investasi pasti beresiko, apakah besar atau kecil resiko pelunasan pembayaran dana investasi tersebut.
Besar sekali peran pihak manajemen dalam melakukan strategi dan kebijakan-kebijakan lembaga keuangan untuk meminimalisir resiko tersebut. Dalam kenyataannya selalu terjadi peningkatan dalam proses penyaluran pembiayaan investasi mudharabah.
Lewat penyaluran pembiayaan investasi mudharabah, BMT Ki Ageng Pandanaran Semarang menerapkan strategi dan kebijakan-kebijakan untuk meminimalisirkan prestasi dalam pembiayaan investasi mudhrabah. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektifkah strategi dan kebijakan-kebijakan BMT Ki Ageng Pandanaran Semarang dalam meminimalisir wan prestasi dalam produk pembiayaan investasi mudharabah.
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan perhitungan jumlah pembiayaan investasi mudharabah yang disalurkan kepada anggota dan jumlah pembiayaan investasi yang mengalami wan prestasi tahun 2010-2012 yang dilengkapi hasil wawancara secara langsung dengan pihak BMT Ki Ageng Pandanaran Semarang.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan. Pertama, Dalam memberikan pembiayaan investasi ke masyarakat, BMT Ki Ageng Pandanaran Semarang mempunyai prinsip kehati-hatian, kebijakan-kebijakan dan strategi untuk meminimalisir wan prestasi pada anggota BMT dengan cara: (1) BMT Ki Ageng Pandanaran menerapkan prinsip kehati-hatian: (a) Watak (character), yang berarti, pihak BMT harus dapat menilai calon anggota BMT, (b) Modal (capital), yang berarti, BMT harus dapat menilai calon anggota BMT memiliki aset-aset ekonomis, dan (c) Jaminan (collateral), yang berarti, BMT harus dapat menilai aset calon anggota BMT yang dijaminkan memiliki nilai ekonomis yang proporsional dengan jumlah pinjaman (pembiayaan) yang diberikan bank kepadacalon anggota BMT.
Kedua, Upaya BMT Ki Ageng Pandanaran Semarang dalam meminimalisir wan prestasi sudah bagus, efektif, dan harus dipertahankan. Hal ini dapat di buktikan, kenaikan jumlah persentase pembiayaan investasi mudharabah bermasalah yang di salurkan yang terjadi di BMT Ki Ageng Pandanran perlu di bandingkan dengan Non Performing Loan (NPL) yang ditetapkan Bank Indonesia. Bahwa prosentasi tunggakan terbesar yang terjadi pada tahun 2011 sebesar4,79%, bagi BMT Ki Ageng Pandanaran, relative kecil dan masih dalam batas kewajaran karena tidak melebihi tingkat NPL yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%.