Kontestasi agama pada komunitas Suku Anak Dalam (SAD) perspektif komunikasi persuasif

Triyono, Ahmad (2024) Kontestasi agama pada komunitas Suku Anak Dalam (SAD) perspektif komunikasi persuasif. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Tesis_2201028012_Ahmad_Triyono] Text (Tesis_2201028012_Ahmad_Triyono)
Tesis_2201028012_Ahmad_Triyono-r1.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (1MB)

Abstract

Kontestasi agama di Komunitas Suku Anak Dalam (SAD) merupakan fenomena sosial-keagamaan yang terjadi karena adanya dua kelompok, yaitu da’i dan misionaris yang berebut pengaruh dalam menngkhotbahkan agama masing-masing melalui komunikasi persuasif di wilayah pinggiran Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Kedua kelompok aktif berpraktik keagamaan, menciptakan dinamika yang mengubah religiusitas komunitas SAD. Perubahan ini juga terkait dengan kebijakan pemerintah, khususnya program pemukiman SAD yang mendukung Islamisasi. Transmigrasi penduduk Jawa, mayoritas Muslim, juga berperan dalam perubahan ini. Komunikasi persuasif oleh para da'i di komunitas SAD yang terlibat dalam pembinaan komunitas yang memeluk Islam. Di sisi lain, misionaris Kristen juga aktif melakukan misi penginjilan di dalam komunitas SAD, menciptakan persaingan keagamaan. Kedua belah pihak berkompetisi memperkuat identitas keagamaan dalam komunitas, mencegah pertmurtadan atau perpindahan agama.
Penelitian ini memfokuskan pada dua rumusan masalah: Pertama, Bagaimana bentuk komunikasi persuasif dijalankan oleh da’i dan misionaris dalam mengkhotbahkan agama pada komunitas Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas ?. Kedua, Bagaimana da’i dan misionaris menggunakan arena sosial, habitus dan kapital dalam kontestasi agama pada komunitas Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas?. Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu komunikasi persuasif milik Carl I. Hovland dan praktik sosial milik Pierre Bourdieu. Dengan metode analisis-deskriptif melalui pendekatan etnografi, menggali data emik melalui observasi langsung di Kecamatan Air Hitam, yang relevan dengan konteks keagamaan SAD.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa kontestasi agama antara Islam dan Kristen di komunitas SAD diwarnai oleh keterlibatan da'i dan misionaris dari kalangan internal dan eksternal. Kedua pihak bekerja sama dalam menjalankan komunikasi persuasif melalui pembinaan berkelanjutan dan kegiatan rutin keagamaan. Bentuk kontestasi dalam komunikasi yang dihadirkan da’i, yakni berupa pengajian harian hingga mingguan, dzikir jama'i, dan pengajian umum dilakukan secara kolektif maupun individu. Pembangunan masjid dan mushola juga menjadi alat persuasi untuk memperkuat suasana keagamaan Islam di komunitas SAD.
Di sisi lain, misionaris Kristen, yang mayoritas berasal dari internal SAD, menjalankan bentuk komunikasi persuasif secara personal dan kolektif melalui kegiatan seperti kebaktian, misi penginjilan, pelayanan doa, dan penggembalaan. Misionaris ini berhasil membangun kesadaran diri yang lebih aktif di kalangan Kristen SAD, dengan perubahan sikap yang cenderung lebih bertahan lama dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh da'i Islam, yang lebih bersifat sementara.
Dominasi da'i di arena sosial terbentuk karena adanya sokongan pemerintah dan peran pengaruh tokoh internal SAD. Mereka juga menghubungkan ajaran Islam dengan kepercayaan lokal SAD, sehingga membentuk habitus keagamaan yang telah dikenal oleh komunitas. Di sisi modal, pembangunan masjid dan mushola menjadi simbol kehadiran Islam yang kuat. Sebaliknya, misionaris Kristen, meskipun sebagai minoritas, memanfaatkan habitus yang ada dalam pola kehidupan komunitas SAD dan mempertemukannya dengan ajaran Kristen yang penuh kemudahan. Modal yang digunakan oleh Kristen SAD lebih bersumber dari internal, termasuk pembangunan gereja dan pengaruh misionaris internal.
Perbedaan spiritualitas antara komunitas SAD Islam dan Kristen tampak jelas. Kedua kelompok telah membangun keyakinan dan penghayatan, meski masih minim secara mayoritas. Namun, dalam dimensi praktik agama dan pengamalan, komunitas Kristen SAD lebih unggul, sedangkan komunitas Islam SAD menunjukkan kedalaman pengetahuan agama yang lebih kuat.
Kata Kunci: Kontestasi Agama, Komunikasi Persuasif, Komunitas Suku Anak Dalam

ABSTRACT:
The religious contestation within the Suku Anak Dalam (SAD) community is a socio-religious phenomenon that arises from the presence of two groups, namely da'is and missionaries, who compete for influence in preaching their respective religions through persuasive communication in the outskirts of Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Both groups are actively engaged in religious practices, creating a dynamic that alters the religiosity of the SAD community. This change is also linked to government policies, particularly the SAD settlement program that supports Islamization. The transmigration of Javanese people, who are predominantly Muslim, also contributes to this transformation. Persuasive communication by the da'is within the SAD community is involved in the nurturing of those who embrace Islam. On the other hand, Christian missionaries are also actively engaged in evangelism within the SAD community, leading to religious competition. Both parties compete to strengthen religious identity within the community, preventing apostasy or religious conversion.
This study focuses on two research questions: First, how is persuasive communication carried out by da'is and missionaries in preaching religion to the Suku Anak Dalam community in Taman Nasional Bukit Duabelas? Second, how do da'is and missionaries use social arenas, habitus, and capital in religious contestation within the Suku Anak Dalam community in Taman Nasional Bukit Duabelas? This research employs two theories: Carl I. Hovland's persuasive communication theory and Pierre Bourdieu's theory of social practice. Through a descriptive-analytical method with an ethnographic approach, the study explores emic data through direct observation in the Air Hitam sub-district, relevant to the religious context of SAD.
This research finds that in the religious contestation between Islam and Christianity in the SAD community is marked by the involvement of both internal and external da'is and missionaries. Both parties collaborate in carrying out persuasive communication through continuous guidance and regular religious activities. The form of contestation in communication presented by the da'is includes daily to weekly study groups, collective prayers, and general religious gatherings conducted both collectively and individually. The construction of mosques and prayer rooms also serves as a tool of persuasion to reinforce the Islamic religious atmosphere in the SAD community.
On the other hand, Christian missionaries, who are predominantly from the internal SAD community, conduct persuasive communication both personally and collectively through activities such as worship services, evangelistic missions, prayer services, and pastoral care. These missionaries have succeeded in fostering a more active self-awareness among SAD Christians, with changes in attitudes that tend to be more enduring compared to the results achieved by Islamic da'is, which are more temporary.
The dominance of da'is in the social arena is established through government support and the influence of internal SAD figures. They also link Islamic teachings with the local beliefs of SAD, thereby forming a religious habitus that is familiar to the community. In terms of capital, the construction of mosques and prayer rooms symbolizes the strong presence of Islam. Conversely, Christian missionaries, although a minority, leverage the existing habitus in the SAD community's lifestyle and align it with Christian teachings that offer ease. The capital used by SAD Christians is more internally sourced, including the construction of churches and the influence of internal missionaries.
The difference in spirituality between the Islamic and Christian SAD communities is evident. Both groups have developed beliefs and religious experiences, although they are still in the minority. However, in the dimension of religious practice and application, the Christian SAD community is more advanced, while the Islamic SAD community demonstrates a stronger depth of religious knowledge.
Keywords: Religious Contestation, Persuasive Communication, Suku Anak Dalam Community

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Kontestasi agama; Komunikasi persuasif; Suku Anak Dalam
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.7 Propagation of Islam > 297.74 Dakwah
Divisions: Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 70133 - Komunikasi dan Penyiaran Islam (S2)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 08 Aug 2025 00:52
Last Modified: 08 Aug 2025 00:52
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/27200

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics