Tradisi pegi pelarian di Desa Malapari Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi dalam perspektif dakwah Islam

Maghfiroh, Umdatul (2024) Tradisi pegi pelarian di Desa Malapari Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi dalam perspektif dakwah Islam. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Tesis_2201028022_Umdatul_Maghfiroh] Text (Tesis_2201028022_Umdatul_Maghfiroh)
Tesis_2201028022_Umdatul_Maghfiroh.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (1MB)

Abstract

Pegi Pelarian merupakan tradisi pernikahan masyarakat desa malapari yang diawali dengan membawa lari atas dasar persetujuan si gadis dari kekuasaan orang tuanya. praktik tersebut bertentangan dengan ajaran Islam karena melibatkan aspek pencurian hak kepemilikan seseorang. Meskipun demikian, tradisi ini juga mencerminkan ajaran Islam tentang pentingnya menyegerakan pernikahan. Hal tersebut menggunggah peneliti untuk mengulik secara intensif kelayakan pelestarian tradisi Pegi Pelarian dari sudut dakwah islam. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis secara mendalam proses pelaksanaan tradisi Pegi Pelarian mencakup langkah-langkah, dan nilai-nilai yang terlibat dalam tradisi tersebut, serta akan menganalisa tradisi Pegi Pelarian dalam perspektif dakwah islam. Metode yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan Pernikahan melalui pelarian yang dilakukan masyarakat desa Malapari dapat diklasifikasikan menjadi empat tahapan. Tahapan pertama adalah Tahap kesepakatan diantara kedua pasangan remaja yang akan melakukan Pegi Pelarian. Tahapan kedua, tahap pelarian. Dalam hal ini bujang melarikan anak gadis ke rumah tetua adat atau pegawai syara'. Tahapan ketiga, tahap perundingan, dimana kedua belah pihak keluarga melakukan pertemuan untuk mendapatkan titik temu permasalahan. Tahapan terakhir tahap penyelesaian Pegi Pelarian. Tradisi Pegi Pelarian, dapat dipahami dalam perspektif dakwah Islam sebagai upaya untuk menghindari perzinahan dan mencapai pernikahan yang sah. Dan dalam perspektif teori fungsional struktural Talcott Parsons, Tradisi ini berfungsi untuk mengintegrasikan pasangan ke dalam struktur sosial yang sah, mengatur perilaku moral, memungkinkan adaptasi dengan situasi darurat, dan memelihara pola-pola keagamaan dan sosial.
Kata Kunci: Agama Sebagai Sistem Kebudayaan, Pegi Pelarian, Dakwah Islam

ABSTRACT:
Pegi Pelarian is a marriage tradition of the Malapari village community which begins with carrying away on the basis of the girl's consent from the authority of her parents. This practice is contrary to Islamic teachings because it involves theft of someone's property rights. However, this tradition also reflects Islamic teachings about the importance of hastening marriage. This prompted researchers to investigate intensively the feasibility of preserving the Pegi Pelarian tradition from the perspective of Islamic da'wah. This research aims to explore and analyze in depth the process of implementing the Pegi Pelarian tradition, including the steps and values involved in this tradition, and will explore whether the Pegi Pelarian tradition can be considered an effective medium for preaching. The method used is qualitative phenomenology. Data collection techniques were carried out by means of observation, interviews and documentation. The results of this research show that marriage through escape carried out by the Malapari village community can be classified into four stages. The first stage is the stage of agreement between the two pairs of teenagers who will go Pegi Pelarian. The second stage, the escape stage. In this case, the bachelor takes the girl to the house of a traditional elder or sharia official. The third stage, the negotiation stage, is where both sides of the family meet to find common ground on the problem. The final stage is the completion stage of the Pegi Pelarian. The Pegi pelarian tradition can be understood from the perspective of Islamic da'wah as an effort to avoid adultery and achieve a legal marriage. And in the perspective of Talcott Parsons' structural functional theory, this tradition functions to integrate couples into legitimate social structures, regulate moral behavior, enable adaptation to emergency situations, and maintain religious and social patterns.
Keywords: Religion as a Cultural System, Pegi Pelarian, Islamic preaching

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Agama; Kebudayaan; Pegi Pelarian; Dakwah Islam
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.7 Propagation of Islam > 297.74 Dakwah
Divisions: Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 70133 - Komunikasi dan Penyiaran Islam (S2)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 08 Aug 2025 03:23
Last Modified: 08 Aug 2025 03:23
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/27207

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics