BWI menyatakan Potensi Wakaf di Indonesia mencapai 180T/tahun. Namun himpunannya hanya mencapai Rp. 1,4T/Maret 2022 dan Rp 2,361T di tahun 2023. Untuk mengejar pencapaian tersebut tentu perlu manajemen yang baik. Dari 279 nazhir yang mengelola wakaf. Salah satu nazhir yang aktif dalam mengelola wakaf menggunakan metode yang beraneka ragam adalah Yayasan Pondok Pesantren Modern Tazakka di Batang. Tazakka mampu menghimpun aset wakaf senilai Rp. 128,6 Miliar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen penghimpunan dana yang dilakukan Tazakka dan faktor apa yang mempengaruhi capaian wakaf di Tazakka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif manajemen fundraising wakaf produktif Yayasan Tazakka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Manajemen fundraising wakaf produktif di Tazakka memakai empat fungsi manajemen disingkat menjadi PAA’E: Prediksi atau perencanaan berupa RAB, Antisipasi atau pengendalian risiko & orgaizing melalui divisi fundraising, Actuating atau pelaksanaan berupa direct dan indirect fundraising serta pelaksanaan program-program wakaf, dan Evaluasi atau controling dengan LPJ. Ini berdasarkan teori fungsi manajemen George R. Terry (1977): planning, organizing, actuating dan controling. Berdasarkan teori dari Kim Kein, fundraising di Tazakka tidak hanya berpusat pada menghimpun dana, tetapi juga pada koneksi dan pembinaan waqif untuk menjaga dan meningkatkan jumlah donatur. Dan dipengaruhi oleh 3 faktor: faktor kepemimpinan dan citra lembaga yakni berdasarkan teori kepemimpinan Douglas McGregor, faktor proses menjalankan manajemen fundraising dan pemanfaatan digital melalui Academic Information Syistem of Tazakka (AIST), serta faktor organisasi melalui pemanfaatan SDM dengan pembinaan relasi eksternal yang kuat.
Kata kunci: manajemen, fundraising, wakaf produktif, Tazakka.

ABSTRACT:
BWI states that the potential for waqf in Indonesia reaches 180T/year. However, the collection only reached Rp. 1.4T/March 2022 and IDR 2,361T in 2023. To achieve this achievement, of course, good management is needed. Of the 279 nazhir who manage waqf. One of the nazhirs who is active in managing waqf using various methods is the Tazakka Modern Islamic Boarding School Foundation in Batang. Tazakka was able to collect waqf assets worth Rp. 128.6 Billion. This research aims to find out how Tazakka manages fund collection and what factors influence the achievements of waqf at Tazakka. This research uses qualitative methods with descriptive analysis of the Tazakka Foundation's productive waqf fundraising management. The research results show that productive waqf fundraising management at Tazakka uses four management functions, abbreviated as PAA'E: Prediction or planning in the form of RAB, Anticipation or risk control & organizing through the fundraising division, Actuating or implementation in the form of direct and indirect fundraising and implementation of waqf programs , and Evaluation or controlling with LPJ. This is based on George R. Terry's (1977) theory of management functions: planning, organizing, actuating and controlling. Based on Kim Kein's theory, fundraising at Tazakka is not only centered on collecting funds, but also on connecting and fostering waqif to maintain and increase the number of donors. And it is influenced by 3 factors: leadership factors and institutional image, namely based on Douglas McGregor's leadership theory, process factors for carrying out fundraising management and digital use through the Academic Information System of Tazakka (AIST), as well as organizational factors through the use of human resources with the development of strong external relations.
Key words: management, fundraising, productive waqf, Tazakka