Isitilah childfree digunakan bagi orang yang tidak memiliki anak karena suatu pilihan dan bukan karena keadaan. Mereka lebih fokus pada karirnya sendiri-sendiri agar bisa mencukupi dirinya dan pasangannya. Dengan mempertimbangkan berbagai adanya kemaslahatan ataupun kerusakan, fiqh al-awlawiyyah dianggap layak sebagai metode menetapkan urutan suatu perkara, yang semestinya diprioritaskan terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan: 1) Bagaimana keterkaitan fenomena childfree dengan prinsip hifz al-nasl? 2) Bagaimana argumentasi pelaku childfree jika ditimbang dengan fiqh al-awlawiyyah?
Permasalahan ini dibahas melalui penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Sumber utamanya yaitu pelaku childfree yang didapatkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Data tersebut dianalisis dengan pendekatan fiqh al-awlawiyyah. Analisis deskriptifnya menggunakan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan bahwa 1) childfree sangat bertentangan dengan prinsip hifz al-nasl karena mengakibatkan dampak buruk pada suatu negara. 2) sedangkan dalam tinjauan fiqh al-awlawiyyah, childfree bisa menjadi wajib, atau dianjurkan, atau diperbolehkan, atau tidak dianjurkan, atau bahkan diharamkan. Hal ini tergantung dengan kondisi, keadaan dan tujuan seseorang untuk memilih childfree.
Kata kunci: childfree, fiqh al-awlawiyyah, maslahat dan mafsadat

ABSTRACT:
The term childfree is used for people who do not have children by choice and not by circumstances. They are more focused on their own careers in order to be sufficient for themselves and their partners. Taking into account the existence of various benefits or damages, fiqh al-awlawiyyah is considered appropriate as a method of determining the order of a case, which should be prioritized first. This study aims to answer the following problems: 1) How is childfree related to the principles of hifz al-nasl? 2) How is the childfree perpetrator's argument compared to fiqh al-awlawiyyah?
This problem is discussed through field research that is qualitative in nature. The main sources are childfree actors who are obtained through interviews, observation and documentation. The data was analyzed using the fiqh al-awlawiyyah approach. Descriptive analysis using reduction, presentation and conclusion
This research results that 1) childfree is very contrary to the principle of hifz al-nasl because it has a negative impact on a country. 2) whereas in the review of fiqh al-awlawiyyah, childfree can be mandatory, or recommended, or allowed, or not recommended, or even forbidden. This depends on the conditions, circumstances and goals of a person for choosing childfree.
Keywords: childfree, fiqh al-awlawiyyah, maslahat and mafsadat