Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting, salah satunya terkait pendidikan agama Islam. Namun, akibat perubahan ekonomi dan tingginya kebutuhan hidup membuat orang tua memutuskan menjadi buruh migran. Meninggalkan anak-anak dalam perawatan orang tua pengganti seperti kakek, nenek, paman atau bibi. Diketahui anak mengalami beberapa masa, salah satunya, masa remaja. Masa remaja menjadi sebuah transisi kehidupan baik secara fisik, psikis dan emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam dan problematika pendidikan agama Islam pada remaja keluarga migran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan agama Islam pada remaja keluarga migran dilakukan melalui tiga cara, pertama melalui pendidikan formal berupa memasukan remaja di sekolah berbasis agama, kedua, melalui pendidikan informal, seperti penanaman nilai-nilai dasar islam, pembiasan ibadah dan keteladanan. Ketiga, melalui pendidikan non-formal berupa mengaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan Rumah Mengaji. Kendala yang dihadapi antara kurangnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan agama dapat mengakibatkan anak merasa kurang kasih sayang dan perhatian, yang berdampak negatif pada perkembangan emosional dan spiritual mereka. Pengasuhan tidak konsisten dan kurang disiplin. Berasal sifat kakek, nenek, dan bibi yang tidak tegaan untuk memarahi anak dan sifat remaja yang menganggap nasehat bukan dari kedua orang tua kandungnya.