Ketahanan mental (resiliensi) merupakan potensi yang sangat penting bagi semua individu termasuk anak-anak, meningkatnya kasus depresi, stress, di kalangan peserta didik menandakan bahwa generasi sekarang memiliki ketahanan mental yang lemah. Maka pendidikan harus sigap menangani hal ini, salah satunya dengan membentuk resiliensi melalui pendidikan agama islam. Karena di dalam agama terdapat fungsi memberikan terapi psikologis dalam jiwa manusia. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses pembentukan resiliensi peserta didik dalam pendidikan agama islam dan hasilnya serta implikasinya terhadap resiliensi peserta didik dan proses pembelajaran.
Permasalahan ini dibahas melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam membentuk resiliensi peserta didik, yaitu dengan pendidikan agama islam, menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dengan kegiatan-kegiatan diluar kelas, serta memaksimalkan peran guru. Dengan strategi tersebut peserta didik mempunyai resiliensi yang baik, Dengan kondisi resiliensi peserta didik yang baik, maka sangat menunjang proses pembelajaran. Peserta didik yang resilien lebih percaya diri, mampu merumuskan tujuan, berpikir positif dan dapat mengelola emosi dan stress. Peserta didik juga tidak hanya memahami materi PAI tetapi sudah dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan memperkuat kecerdasan spiritual, sehingga akan menjadi pribadi yang tangguh dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.