Fenomena undian berhadiah digunakan berbagai kalangan dalam berbagai tujuan. Ada yang mengatasnamakan kepentingan sosial, ada pula yang menggunakannya sebagai media promosi bisnis. Melihat berbagai kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Obat Dengan Sistem Kupon Berhadiah” (Studi Kasus di Apotek Ghriya Sehat Desa Medini Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus).

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana praktek jual beli obat dengan sistem kupon berhadiah di Apotek Ghriya Sehat Desa Medini Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus? Dan Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap praktek jual beli obat dengan sistem kupon berhadiah di Apotek Ghriya Sehat Desa Medini Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus?

Jenis penelitian lapangan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, sedangkan untuk data sekunder peneliti menggunakan dokumen, buku-buku, dan karya ilmiah yang berkaitan dengan teori jual beli dan undian/kupon berhadiah. Setelah data penelitian terkumpul selanjutnya dilakukan analisis mnggunakan metode deskriptif normatif.

Dari hasil analisis diketahui bahwa praktek jual beli obat dengan sistem kupon berhadiah di Apotek Ghriya Sehat di Desa Medini Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus dengan menaikkan harga penjualan obat. Biaya hadiah diambilkan dari hasil kenaikkan harga obat tersebut. Hal ini akan memicu persaingan yang tidak sehat dan berdampak, konsumen merasa tidak puas, tidak loyal dan keberlangsungan apotek juga akan terancam. Dalam transaksi jual beli dengan sistem kupon berhadiah yang hadiahnya diperoleh dari menaikkan harga dari harga normal, sebagaimana yang di praktekkan di Apotek Ghriya Sehat Desa Medini Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, secara tidak langsung memperjualbelikan kupon berhadiah tersebut kepada pembeli. Sehingga apabila pembeli tidak mendapatkan hadiah, mereka akan merasa rugi. Jual beli tersebut terdapat unsur al-maysir (judi), unsur gharar (penipuan), dan unsur ighra (iming-iming). Maka hal tersebutlah yang tidak diperbolehkan oleh hukum Islam.