Perhatian yang besar terhadap kesempurnaan mekanisme pasar menjadi tujuan utama dalam sistem ekonomi Islam, karena pasar yang bersaing sempurna dapat menghasilkan harga yang adil bagi penjual dan pembeli. Dalam hal intervensi pemerintah dalam mengendalikan harga terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama apakah pemerintah boleh melakukan intervensi atau tidak. Sebagian ulama menolak intervensi negara dalam penetapan harga dan sebagian ulama yang lain membenarkan negara untuk menetapkan harga. Abu Yusuf merupakan salah satu ulama yang melarang pemerintah dalam mengendalikan dan menetapkan harga sebagaimana disebutkan dalam bukunya, Kitabal-Kharaj.
Yang menjadi pokok permasalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kerangka berfikir Abu Yusuf tentang larangan intervensi pemerintah dalam menetapkan harga dan bagaimana posisi pemikiran Abu Yusuf tentang larangan intervensi pemerintah dalam menetapkan harga dalam sistem ekonomi Islam. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan data primernya adalah Kitab al-Kharaj. Sedangkan sumber sekundernya adalah sumber-sumber pendukung yang ada kaitannya dengan tema penelitian. Data yang sudah terkumpul dengan metode dokumentasi kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deskiptif analitis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kerangka berfikir Abu Yusuf secara umum lebih banyak mengedepankan ra’yu dengan menggunakan perangkat qiyas dalam upaya mencapai kemaslahatan umum sebagai tujuan akhir hukum. Dalam hal intervensi pemerintah dalam penetapan harga beliau berpendapat bahwa pemerintah dilarang melakukan intervensi dalam menetapkan harga. Hal ini didasarkan pada hasil observasinya dalam memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam kaitannya dengan perubahan harga. Fenomena yang terjadi pada waktu itu adalah sering kali terjadi melimpahnya barang yang diikuti dengan tingginya tingkat harga, sementara kelangkaan barang diikuti dengan harga yang rendah. Beliau juga mendasarkan pendapatnya pada beberapa hadis Nabi SAW yang menyatakan larangan pengendalian harga. (2) Kemampuan Abu Yusuf dalam menggabungkan metode ahl al-ra’yi dan metode ahl al-hadis menjadikan hasil ijtihadnya beda dari ulama yang lain. Beliau melakukan ijtihad secara mandiri. Meskipun dalam berfikir beliau masih berkomitmen pada sumber-sumber tekstual dan rasional, dimana metode ini merupakan tradisi para ulama ahl al-ra’y yang menggunakan nalar qiyas, istihsan serta mempertimbangkan al-urf (tradisi masyarakat yang baik) sehingga rumusan hukumnya sangat aplikatif dan realistis sejalan dengan fenomena aktual di tengah masyarakat. Dengan demikian pemikiran Abu Yusuf tentang larangan intervensi pemerintah dalam menetapkan harga dapat diposisikan sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam yang pada kondisi tertentu tidak dapat diterapkan. Hal ini dikarenakan hasil ijtihad atau pemikiran seseorang/tokoh terikat dengan tempo dan situasi sosial pada saat itu, dimana hasil ijtihad tersebut dicetuskan.