Masih adanya masyarakat yang belum memahami bentuk-bentuk pernikahan menjadikan masyarakat yang berasumsi bahwa nikah mesiar sama halnya dengan nikah mut'ah, Maka penulis tertarik membahas tentang bagaimana pandangan ulama tentang nikah misyar khususnya di Kabupaten Demak. akan tetapi nyatanya antara keduanya berbeda nikah mut'ah dilakukan dengan persyaratan dan sampai jangka waktu tertentu yang disepakati saja sedangkan nikahnya tidak mensyaratkan hal itu karena pernikahan ini langgeng seterusnya tanpa batasan waktu pernikahan ini sudah dipraktekkan oleh negara-negara Timur Tengah yakni jazirah Arab dan sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi empiris dan lapangan yaitu mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah dan mencari data secara langsung dari para narasumber. Sedangkan analisis menggunakan studi komparatif yang bersifat membandingkan, penelitian dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih objek yang diteliti sehingga dapat dipahami secara baik dan benar.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendapat ulama’ Nahdlatul Ulama Muhammadiyah dan majelis fatwa MUI di Kabupaten Demak jika nikah misyar dilarang karena jika nikah misyar terjadi akan mendapat banyak kerugian dan madharat yang ditimbulkan lebih besar dibanding maslahatnya.