Salat merupakan suatu kewajiban yang sudah ditentukan waktunya dalam Islam, namun waktu pelaksanaan salat tidak dijelaskan secara terperinci dalam al-Qur’an, sehingga penjelasan waktu salat pun diperkuat dengan hadis-hadis Nabi. Berdasarkan hadis-hadis tersebut, terdapat batasan-batasan waktu salat dengan munculnya berbagai metode yang diasumsikan untuk menentukan waktu salat. Di antara metode hisab penentuan awal waktu salat terdapat dalam kitab Anfa’ al-Wasîlah karya Ahmad Ghazali dan Syawâriq al-Anwâr karya Noor Ahmad SS. Keduanya sama-sama menguraikan tentang hisab awal waktu salat yang mana sudah bisa dikategorikan dalam golongan hisab modern. Meskipun kedua kitab tersebut sama-sama membahas tentang hisab awal waktu salat, namun masing-masing mempunyai ciri khas yang berbeda.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komparasi metode hisab awal waktu salat yang dikemukakan oleh Ahmad Ghazali dalam kitab Anfa' al-Wasîlah dan Noor Ahmad SS dalam kitab Syawâriq al-Anwâr dan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan metode hisab awal waktu salat dalam kitab Anfa’ al-Wasîlah dan Syawâriq al-Anwâr. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Data primer berupa kitab Anfa’ al-Wasîlah dan Syawâriq al-Anwâr yang di dalamnya dijelaskan perhitungan awal waktu salat, sedangkan data skunder yang digunakan diantaranya Ilmu Falak 1 karya Slamet Hambali dan Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik karya Muhyiddin Khazin. Kemudian penulis menggunakan metode komparatif untuk membandingkan kedua metode hisab awal waktu salat tersebut.
Hasil penelitian penulis menunjukkan pertama, bahwa kedua kitab yang dikomparasikan tersebut memiliki metode hisab awal waktu salat yang berbeda dari segi input data (data Matahari), proses hisab dan output hisabnya, setelah membandingkan hasil hisab kedua kitab tersebut dengan hasil hisab kontemporer terdapat perbedaan hasil hisab, baik Anfa’ al-Wasîlah maupun Syawâriq al-Anwâr terpaut selisih kurang dari 2 menit, kecuali untuk imsak yakni 4m 13,08d. Sedangkan untuk terbit hasil hisab Anfa’ al-Wasîlah menunjukkan selisih 3m 43,59d dari hisab kontemporer, ini disebabkan nilai terbit dalam hisab Anfa’ al-Wasîlah tidak dikurangi dengan ikhtiyat. Kedua, kelebihan dari kedua kitab tersebut yakni meskipun keduanya belum memperhatikan koreksi-koreksi untuk menentukan tinggi Matahari pada waktu terbit dan tenggelam, serta nilai ketinggian matahari sudah ditetapkan secara konstan, namun hasil hisabnya hanya terpaut 1-2 menit dengan hisab kontemporer. Adapun kelemahannya yakni pada kitab Syawâriq al-Anwâr data Matahari menggunakan data tahun 1982, yang telah mengalami perubahan untuk masa sekarang, sedangkan kitab Anfa’ al-Wasîlah untuk mendapatkan data Matahari dengan konsep perhitungan Jean Meeus prosesnya terlalu panjang.