Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh menetapkan putusan yang berbeda terhadap dua kasus yang sama tentang jarimah khamar. Hal ini menjadi sebab adanya disparitas pidana yang terdapat dalam putusan Nomor 15/JN/2023/Ms.Bna terdakwa dihukum 40 kali cambuk sedangkan pada putusan Nomor 17/JN/2023/Ms.Bna terdakwa dihukum 25 kali cambuk. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang menjadi masalah penelitian ini adalah bagaimana ‘uqubah penjual khamar menurut Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat perspektif Teori Batas dan bagaimana pertimbangan hakim terhadap dispritas ‘uqubah penjual khamar dalam putusan Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh dalam perspektif Teori Batas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian library research melalui pendekatan ushuliyyah dengan mengambil salah satu teori dari Muhammad Syahrur yaitu teori batas. Sumber data menggunakan sumber hukum sekunder berupa literatur, buku-buku, dokumen, jurnal, beserta artikel. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif-analitis. Teknik pengumpulan data menggunakan kepustakaan (library reserach).
Hasil penelitian menyimpulkan, pertama,‘uqubah jarimah khamar menurut Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat dalam Teori Batas terdapat perbedaan bahwasanya meminum khamar termasuk dalam kategori jarimah hudud, sedangkan jual beli khamar termasuk jarimah ta’zir. Kedua, pertimbangan hakim terhadap disparitas yang terjadi dalam kedua putusan terhadap putusan yang kedua hukumannya lebih sedikit, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Hukum Pidana Islam yang dapat memberikan keringanan hukuman yang disebut takhfif al-‘uqubah dengan melihat pada sikap terdakwa dalam menjalani proses persidangan.