Budaya materialis di kalangan masyarakat semakin meluas yang lebih memprioritaskan kesenangan ketimbang kebutuhan. Hal ini menjadikan manusia berkompetisi dalam mencari harta dan setelahnya lupa akan rasa syukur atas pemberian-Nya. Padahal Allah telah mengisahkan kisah Qarun dalam Al-Qur’an sikapnya yang tercela akibat kekayaannya. Kisah Qarun memberikan pembelajaran bagi setiap manusia, supaya tidak berlebihan terhadap harta yang di khawatirkan akan merusaknyaa. Banyak kajian-kajian tentang kisah Qarun seiring majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dapat mempengaruhi sedikit banyaknya penafsiran ayat-ayat yang dikaji oleh para ulama tafsir. Tidak bisa dipungkiri bahwasannya tafsir periode awal terlihat lebih kaku dibandingkan dengan tafsir periode akhir yang beragam nuansaya. Demikian penelitian ini bertujuan: Pertama, untuk mengetahui bagaimana penafsiran ayat-ayat kekayaan Qarun dalam tafsir nusantara abad 19 dan 20. Kedua, untuk mengetahui sumber kekayaan dan prinsip-prinsip kisah Qarun dalam tafsir nusantara abad 19 dan 20. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kepustakaan (library research), dengan sumber utamanya tafsīr Marāh labīd, tafsīr Al-Qur’ān Al-Karīm, tafsīr Al-Ibrīz, tafsīr An-Nūr, tafsir Azhar, dan tafsīr Al-Iklīl. Hasil penelitian ini adalah sumber kekayaan Qarun meliputi, pintarnya dalam Kitab Taurat, Menguasai Ilmu Kimia, dan menemukan pendaman peninggalan Nabi Yusuf. Allah mengabarkan kisah Qarun agar manusia dapat mengambil pelajaran darinya. Prinsip-prinsip kisah Qarun didalamnya adalah ujian kekayaan, bahaya kesombongan dan ketamakan, pentingnya iman dan ketaatan, azab bagi orang zalim.