Ad-dakhil dalam ranah studi kritik teks tafsir memiliki makna penafsiran al-Qur’an yang tidak memiliki sumber dan data yang valid dari agama. Studi ini bermaksud mengkaji kitab Tafsīr Naẓarāt Fī Kitābillāh dengan menggunakan pisau analisa ad-Dakhil karya Ibrahim Khalifah guna menjawab pertanyaan: 1. Bagaimana konsep ad-dakhil Ibrahim Khalifah dalam tafsir Naẓarāt Fī Kitābillāh? 2. Bagaimana bentuk Penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang masuk dalam kategori ad- dakhil dalam tafsir Naẓarāt Fī Kitābillāh? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penafsiran tersebut?. Permasalahan tersebut dibahas menggunakan studi pustaka. Objek kajian utama pada penelitian ini adalah kitab Tafsīr Naẓarāt Fī Kitābillāh. Adapun alat bantu penelitian ini meliputi kitab-kitab tahrij hadis, beberapa kitab tafsir al-Qur’an, buku-buku karya Hasan al-Banna dan lain sebagainya.
Kajian ini menunjukkan bahwa: kitab Tafsīr Naẓarāt Fī Kitābillāh dibaca dengan teori ad-Dakhil karya Ibrahim Khalifah menghasilkan beberapa temuan. Di antaranya kategori dakhil Naqli terdapat dua klasifikasi. pertama Analitik dan kedua tematik. Kategori pertama memuat di antaranya: (1). Ad-Dakhil dalam Penafsiran QS. Al-Fatihah, (2). Ad-Dakhil dalam Penafsiran QS. Al-Baqarah terdapat 4 hadis, (3). Ad-Dakhil dalam Penafsiran QS. At-Taubah terdapat 4 hadis, (4). Ad-Dakhil dalam Penafsiran QS. Ar-Ra’du, (5). Ad- Dakhil dalam Penafsiran QS. Al-Hujurat, dan (6). Ad-Dakhil dalam Penafsiran QS. Al-Mujadilah. Sedangkan kategori kedua meliputi: (1). Ad-Dakhil dalam Penafsiran dengan tema Sikap Muslim Terhadap Ayat Muhkam dan Mutasyabih, (2). Ad-Dakhil dalam Penafsiran dengan tema orang-orang islam di antara persatuan dan perpecahan, (3) Ad-Dakhil dalam Penafsiran dengan tema kemenangan orang-orang islam dalam persatuan dan kesatuan, (4). Ad-Dakhil dalam Penafsiran dengan tema rida dengan hukum Allah dan Rasul-Nya, terakhir (5). Ad-Dakhil dalam Penafsiran dengan tema Palestina dan Etiopia disebutkan pada satu ayat dalam al- Qur’an. Kategori dakhil ‘Aqli atau ra’yi yakni pada pemahaman pada tema penafsiran aina hukmullah dalam Naẓarāt Fī Kitābillāh karena sama dengan point satu dalam hal dilihat dari kurangnya mufasir itu dalam memiliki instrument atau syarat berijtihad dilihat dari kebanyakan ulama yang membahas dengan tema yang sama namun berbeda pada kesimpulan hukum.