Praktik pernikahan nikah Misyār menjadi salah satu jenis praktik yang problematis. Pelaksanaan nikah Misyār cenderung tertutup (sirri), dengan berbagai alasan. Pasangan nikah Misyār membuat kesepakatan untuk melepaskan hak nafkah dan hak-hak lainnya yang dibebankan kepada sang suami. Bahkan lebih jauh, pihak suami terkadang tidak mau menanggung nafkah anak yang lahir di kemudian hari. Masalah ini menjadi perdebatan di kalangan ulama.
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa pengumpulan data-data dari berbagai sumber yang telah ditentukan, baik berupa primer dan sekunder. Sedangkan Teknik Analisa yang dipakai adalah menganalisis penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis dan Content Analysis.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapat Wahbah Al-Zuhaili dalam kitab Qaḍaya Al-Fiqh Wa Al-Fikr Al-Mu’āṣir memakai metodologi sadd al-dzariah. Dalam kitab tersebut, nikah Misyār hukumnya haram dilakukan mengingat terbengkalainya hak anak. Pendapat ini sesuai dengan hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia, naik dalam KHI maupun UUP dimana hak anak tidak bisa dikecualikan dan direlakan, dan mafsadatnya jelas terlihat karena anak tidak mampuu mencukupi kebutuhannya sendiri, berbeda dengan istri.