Perbandingan metode istinbat hukum Imam Syafi'i Dan Imam Hanafi terhadap status nasab anak hasil zina

Rahmana, Muhammad Kasyif (2024) Perbandingan metode istinbat hukum Imam Syafi'i Dan Imam Hanafi terhadap status nasab anak hasil zina. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Skripsi_1902016180_Muhammad_Kasyif-Rahmana] Text (Skripsi_1902016180_Muhammad_Kasyif-Rahmana)
SKRIPSI FULL_1902016180_Muhammad Kasyif Rahmana - FSH_ KASYIF.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (1MB)

Abstract

Perkawinan ialah katan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengn tujuan mmbentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan sah apabila apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepcayaannya dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila anak dilahirkan di dalam suatu pekawinan yang tidak dicatatkan bahwa dapat di anggap anak tersebut adalah anak hasil zina.
Penelitian ini menggunakan metode Library Reasearch yaitu mencari sumber - sumber dari kepustakaan, penelitian ini bersifat deskriptif - komparatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif. Sedangkan metode penulisan penelitian ini adalah komparatif dengan cara membandingkan dua pendapat untuk menemukan kesamaan dan perbedaannya. Metode ini digunakan untuk meneukan persamaan dan perbedaan pandangan antara Imam Hanafi dan Imam Asy - Syafi’I tentang status nasab anak hasil zina.
Menurut Imam Hanafi, anak hasil zina masih memiliki nasab hakiki dengan bapak biologisnya, akan tetapi secara hukum telah terputus. Oleh karena itu, anak hasil zina hanya memiliki nasab hakiki dia tidak memperoleh nafkah dari bapak biologisnya. Namun demikian bapak biologisnya tetap dianjurkan untuk memberi nafkah pada anak tersebut, akan tetapi hal tersebut bukan suatu kewajiban. Berbeda dengan Imam Asy - Syafi’I berpendapat bahwa anak hasil zina tidak memiliki hubungan nasab hakiki dengan bapak biologisnya secara mutlak. Oleh karena itu bapak biologisnya tidak memiliki kewajiban ataupun dianjurkan untuk memberi nafkah untuk anak tersebut. Namun demikian tetap boleh memberikan bantuan yang dalam hal ini dianggap sebagai sedekah. Imam Hanafi dan Syafi’I sependapat dalam hak nasab, bahwa nasab anak hasil zina telah terputus fari ayah biologisnya. Akan tetapi Imam Hanafi mengakui akan adanya nasab hakiki.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Uncontrolled Keywords: Status nasab anak hasil zina, Imam Syafi’I, Imam Hanafi.
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.5 Islamic ethics, practice > 297.56 Specific moral issues
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > 74230 - Hukum Keluarga Islam (Ahwal al-Syakhsiyyah)
Depositing User: Bahrul Ulumi
Date Deposited: 22 Sep 2025 03:55
Last Modified: 22 Sep 2025 03:55
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/27779

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics