Skripsi ini membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap efektivitas peran penyuluh agama dalam meminimalisir perkawinan usia dini di KUA Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang. Banyaknya perkawinan usia dini di Kecamatan Taman menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat. Perkawinan yang dimulai sejak usia dini dianggap belum siap untuk menjalani kehidupan bahtera rumah tangga yang tentunya tidak mudah bagi seseorang yang usianya belum matang. Undang-undang Perkawinan telah memuat batasan usia bagi seseorang yang akan menjalankan perkawinan yaitu usia 19 tahun. Banyaknya praktik perkawinan usia dini di Kecamatan Taman menjadi tugas yang penting bagi Penyuluh Agama KUA Kecamatan Taman, karena peranannya dalam penyuluhan untuk meminimalisir perkawinan usia dini masih stagnan. Hal ini dapat ditunjukan pada angka perkawinan usia dini yang terjadi di setiap tahun.
Berdasarkan latar belakang diatas, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimana efektivitas peran penyuluh agama dalam meminimalisir perkawinan usia dini di Kecamatan Taman. Kedua, bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap efektivitas peran penyuluh agama dalam meminimalisir perkawinan usia dini di Kecamatan Taman.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) atau empiris dengan pendekatan yuridis empiris. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode analisis data dengan deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan suatu fenomena hukum yang terjadi di masyarakat, dengan mendeskripsikan bagaimana hukum yang hidup dimasyarakat dengan metode pengumpulan data melalui sumber data primer dan sumber data sekunder, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas peran penyuluh agama dalam meminimalisir perkawinan usia dini belum memenuhi kelima indikator efektivitas hukum. Faktor hukum, faktor penegak hukum serta faktor sarana dan fasilitas dinilai menunjukkan kefektifannya atas upaya penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh agama dalam meminimalisir perkawinan usia dini. Sedangkan faktor masyarakat dan faktor kebudayaan menunjukkan tingkat efektivitasannya belum mampu mendukung penyuluh agama dalam meminimalisir perkawinan usia dini. Dalam konsep maslahah peran penyuluh agama dalam meminimalisir perkawinan usia dini termasuk maslahah hajiyah, sebab tidak adanya peran penyuluh agama akan menimbulkan kerusakan pada pemenuhan pemeliharaan agama (hifdzu din), pemeliharaan jiwa (hifdzu an nafs), pemeliharaan akal (hifdzu al aql), pemeliharaan keturunan (hifdzu an nash), dan pemeliharaan harta (hifdzu al mal). Namun lebih ditekankan kepada pemeliharaan jiwa (hifdzu nafs) dan pemeliharaan keturunan (hifdzu an nash).